Human Trafficking: Sebuah Tragedi Kemanusiaan

Baca Juga

Proses rekruitmen seperti itu menimbulkan efek domino, mulai dari ketidakmapanan pengetahuan TKI, mengalami kekerasan dari majikan, jeratan-jeratan hukum asing, sampai pada kesulitan mengurus kepulangan akibat kepergian yang ilegal.

Agama dan HAM

Tentu mengherankan bahwa di NTT sebagai provinsi dengan penduduk mayoritas Kristen yang ritual keagamaannya terbilang kental, menjadi kontributor utama pelaku kejahatan human trafficking. Tentu jelas bahwa, masalah ini berseberangan dengan ajaran-ajaran kemanusiaan Kristen yang menjunjung tinggi martabat manusia sebagai citra Allah.

Ajaran Sosial Gereja, misalnya, terus-menerus mengkampanyekan penghormatan terhadap martabat manusia sebagai persona.

Mendiang Paus Yohanes Paulus II yang pada 27 April 2014 telah dikanonisasi oleh Paus Fransiskus secara konsisten mengkampanyekan ajaran-ajaran sosial Gereja yang berhubungan dengan martabat manusia sebagai citra Allah (imago Dei).

Dalam ensiklik Redemptor Hominis (1979), ia menegaskan bahwa penghormatan terhadap martabat manusia sebagai persona adalah tuntutan utama percaturan hidup dalam pelbagai aspek (art. 13-17).

Ensiklik lain Laborem Exercens (1981) juga menegaskan penghormatan terhadap martabat manusia di atas kepentingan-kepentingan kapital serta membela secara terang-terangan orang-orang yang dipelintir di bawah penguasa politik dan ekonomi (art 12).

Selanjutnya, hal yang sama juga dipromulgasikan Paus ini dalam ensiklik Sollicitudo Rei Socialis Ecclesiae (1987), Centesimus Annus (1991), dan Fides et Ratio (1998).

Melawan komersialisasi, memelihara manusia

Human trafficking tetaplah manjadi kejahatan kemanusiaan yang tak bisa dikompromi, apapun benteng rasionalisasi yang dibangun. Human trafficking mendegradasikan manusia.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini