Ada Asap di Sumatera,Proposal Kekeringan dari Manggarai Tak Diterima Pemerintah Pusat

Ruteng, Floresa.co – Angglus Angkat, Kepala Pelaksana Badan Penanggunglangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai mengungkapkan kekeringan melanda hampir seluruh kecamatan di Manggarai.

“Beberapa waktu lalu terkait kekeringan lahan sudah dilakukan
rapat kordinasi di Kementrian Pertanian,” ujar Angglus kepada Floresa.co di ruang kerjanya, Selasa (13/10/2015).

Sementara untuk krisis air minum bersih, kata dia, sudah dibahas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama BPBD Provinsi NTT.

Angglus mengatakan, terkait masalah kekeringan di Kabupaten Manggarai pihaknya sudah membuat MoU dengan BPBD provinsi NTT bersama Dinas Pertanian bulan lalu di Kupang.

Saat rapat tersebut, pemerintah Kabupaten Manggarai sudah membuat proposal bantuan dana kepada pemerintah pusat dengan total Rp 2 miliar. Nominasi dalam proposal tersebut sesuai kondisi bencana kekeringan yang melanda 11 kecamatan di Manggarai.

“Total dana di proposal yang kita buat hampir 2 Miliar. Tetapi di MoU yang dibuat kemarin realisasinya tidak sampai 2 Miliar mungkin hanya ratusan juta saja,” ungkap Angglus.

Namun hingga kini, demikian ia menambahkan, proposal tersebut belum direspon oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini BNPB.

“Kemarin saya telpon ke Jakarta, bilangnya untuk sementara pendanaan itu pakai untuk menanggulangi asap di Kalimantan dan Sumatera,” ujarnya.

Proposal itu sudah di kirim ke Jakarta empat bulan yang lalu, sebab di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Manggarai sudah tidak ada dana tanggap darurat tersebut.

Awal September lalu, Floresa.co pernah menelusuri persawahan warga di Lodok Cara, Kecamatan Ruteng.

Di sana, tepatnya di desa Meler tampak akibat kemarau panjang sebagian persawahan warga terancam gagal panen lantaran air semakin berkurang dari hari ke harinya.

Di persawahan Lingko Kempet-Lodok Cara, misalnya, tampak padi-padi warga mati lantaran tak ada air.

Bendungan Wae Melo di Lingko Kempet tersebut terlihat kering dan tidak membawa sedikit pun air.

“Tahun lalu juga kami gagal panen pak lantaran tak ada air. Tahun ini juga kami kekurangan air di sawah kami, jadinya tidak jadi panen,” ujar Romanus Jemadu (70), petani asal Meler kepada Floresa.co, Jumat (11/9/2015) lalu.

Romanus mengaku, mulai tahun lalu ia bersama sejumlah warga lainnya sudah membeli beras di kota Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Padahal sebelumnya mereka tidak membeli beras karena memiliki sawah.

Romanus mengatakan, sejauh ini persawahan kering tersebut belum dilihat oleh pemerintah.

Diwawancarai terpisah,Desia Babuk (57), seorang petani lainnya mengaku, tidak hanya di Lingko Kempet yang gagal panen, di Lingko Re,a dan Lingko Wue juga tak ada air.

Desia memastikan hampir setengah hektar di dua lokasi tersebut mengalami gagal panen. Mata air Wae Moro untuk mengairi persawahan tersebut sangat sedikit di musim kemarau kali ini.

“Di sini tidak ada air pak. Setengah mati air di Meler ini pak,” aku Desia.

Tidak hanya kekurang air untuk sawah, ia juga mengatakan, mereka mengalami kekurangan air minum bersih.

“Di Meler empat ini pak tidak ada air minum. Pipa-pipa air kosong tak bawa air,” kata Desia.(Ardy Abba/PTD/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA