ReportaseMendalamLibatkan UMKM dalam Bazar Sambut Usia Pancawindu, SLB Karya Murni di Manggarai Usung Spirit Inklusivitas

Libatkan UMKM dalam Bazar Sambut Usia Pancawindu, SLB Karya Murni di Manggarai Usung Spirit Inklusivitas

Kegiatan tersebut yang berlangsung pada 1-3 Juni ikut mempromosikan hasil karya peserta didik SLB Karya Murni

Floresa.co – Sejumlah lapak berjejer di halaman Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Murni Ruteng.

Produk yang dijual pada setiap lapak bervariasi, mulai dari makanan hingga hasil kerajinan.

“Di stan kami, produk yang dijual mulai dari sayur organik, eco-enzym, es buah, es kelapa muda, kiri-kiri, hingga gula merah,” kata Viktorianus Moreno, seorang penyandang tunanetra.

Remaja berusia 14 tahun asal Dampek, Kabupaten Manggarai Timur itu berkata, mereka juga memajang hasil kerajinan tangan, seperti gelang, rosario dan kalung.

Viko sudah tujuh tahun menempuh pendidikan di SLB Karya Murni dan kini berada di jenjang pendidikan setara SMP.

Semua hasil karya yang dijual “kami produksi sendiri dengan pendampingan guru,” katanya.

Beberapa produk makanan selalu terjual habis setiap hari, kata Viko.

“Dari penjualan harian, kami bisa mendapatkan penghasilan Rp300.000,” katanya. 

Bazar itu merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan dalam rangka perayaan pancawindu atau 40 tahun Yayasan Karya Murni berkarya di Manggarai yang puncaknya pada 18 Juli.

Yayasan itu yang mengelola SLB Karya Murni merupakan milik biarawati Katolik dari Kongregasi Suster-Suster Santo Yosef atau KSSY.

Bazar dan pasar murah yang berlangsung pada 1-3 Juni itu melibatkan 16 lapak. Selain dari SLB, sebagiannya adalah dari pelaku UMKM dan dari beberapa lembaga swadaya masyarakat.

Beberapa di antaranya adalah Yayasan Ayo Indonesia, Wahana Visi Indonesia, Glow, Bandung Utama Group, Toko Bangunan 555 Putra, Koperasi Mawar Moe dan Toko Sinar Berlian Ruteng.

Selama kegiatan berlangsung, panitia menggelar live musik yang dimeriahkan oleh peserta didik SLB dan beberapa komunitas di Ruteng, seperti Sae Go Lino dan mahasiswa dari kampus STIE Karya Ruteng dan Unika St. Paulus Ruteng.

Kornelis Niki Jawa dari Yayasan Ayo Indonesia mengaku menjual makanan olahan dari produk lokal sorgum dan kopi. 

“Sorgum kami olah menjadi berbagai bentuk, seperti beras sorgum, sereal dan tepung,” kata pria berusia 56 tahun itu kepada Floresa.

“Sorgum ini diperoleh dari kelompok tani di Dampek, Rana Kolong, Langke Majok dan Golo Muntas,” tambahnya, menyebut beberapa kampung di wilayah Manggarai dan Manggarai Timur.

Setiap kali ada yang membeli, Kornelis menjelaskan cara memasaknya.

Lewat sorgum, katanya, Yayasan Ayo Indonesia “memperkenalkan produk lokal kepada masyarakat, terutama yang tinggal di kota, agar mereka tahu bahwa Manggarai memiliki bahan pangan lokal yang bergizi dan lezat.”

“Sorgum memiliki banyak kelebihan dibanding beras, seperti rendah gula, tinggi serat dan cocok untuk diet.

Beras sorgum, kata Kornelis, tersedia dalam kemasan satu kg dan 0,65 kg, dengan harga masing-masing Rp20.000 dan Rp10.000. Sementara sereal dijual Rp35.000 per kilogram dan tepung sorgum Rp30.000 per kilogram.

“Kopi bubuk robusta tersedia dengan harga Rp150.000 per kilogram,” katanya.

Kornelis Niki Jawa sedang menjual sorgum di lapak milik Yayasan Ayo Indonesia. (Dokumentasi Floresa)

Pantauan Floresa pada 2 Juni, sejumlah pengunjung mendatangi dan berbelanja di lapak-lapak itu.

Pada 3 Juni, suasananya makin ramai karena ada lomba paduan suara, juga bagian dari rangkaian kegiatan pancawindu.

Lomba itu melibatkan sejumlah Sekolah Dasar di Ruteng, seperti yakni SD Inpres Konggang, SD Inpres Tenda, SD Santa Juliana, SDK Kumba I, SDK Ruteng I, SDK Ruteng II, SDK Ruteng IV, SDK Ruteng V dan SDK Ruteng VI.

Pada 16 Juni, panitia juga akan menggelar seminar bertema “Kesehatan Mental di Era Digital.”

Kolaborasi, Usung Spirit Inklusivitas

Sr. Christine Pasaribu, salah satu pengurus Yayasan Karya Murni berkata, dalam bazar ini, “kami mengajak pemerintah, gereja dan masyarakat” untuk terlibat.

Instansi pemerintah yang bekerja sama dengan yayasan adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Manggarai.

Bazar itu ikut memasarkan beragam produk dari SLB karena “kami sadar anak-anak yang kami dampingi suatu saat akan kembali ke masyarakat.”

“Kami bekali mereka dengan berbagai keterampilan agar bisa mandiri, termasuk dalam bidang UMKM,” kata Christine kepada Floresa.

Ia menjelaskan, UMKM yang terlibat berasal dari wilayah Manggarai Raya – Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat, sesuai tempat asal penghuni SLB.

Bazar itu, kata Christine, sekaligus momentum untuk menyuarakan semangat inklusivitas bahwa penghuni SLB “punya hak yang sama untuk memperoleh pekerjaan yang layak.”

SLB itu kini menangani 107 peserta didik, terdiri dari 22 untuk SLB A (tunanetra) dan 85 untuk SLB B (tunarungu).

Siswa SLB Karya Murni, Viktorianus Moreno (kaos kuning); Vitalianus Merici Sumar (kaos biru); Patrisius Kristoner (baju merah); dan Martir Enda Sumarlin (kaos hitam). (Dokumentasi Floresa)

Viktorianus Moreno mengaku antusias terlibat dalam bazar sebagai “sarana untuk memperkenalkan kemampuan kami kepada masyarakat”

“Kegiatan ini membuat masyarakat bisa mengetahui bahwa kami memiliki talenta, seperti bisa bernyanyi dan menghasilkan produk-produk sendiri.”

Karena itu, ia berharap, mereka bisa menjadi lebih diterima, “lebih dikenal oleh banyak orang.”

Vitalianus Merici Sumar, siswa tunanetra asal Kecamatan Satar Mese mengukapkan hal senada.

“Kegiatan ini menumbuhkan kemandirian saya sejak dini sebagai bekal untuk masa depan.”

Remaja 14 tahun itu telah sembilan tahun belajar di SLB Karya Murni.

Sementara itu, Patrisius Kristoner (16), siswa tunanetra asal Cibal Barat, Kabupaten Manggarai mengaku kegiatan ini “memberikan pelajaran penting tentang kerja sama dan kemandirian.”

“Harapannya, melalui kegiatan seperti ini saya dan teman-teman disabilitas di SLB Karya Murni bisa menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.

Sementara Martir Enda Sumarlin berkata, dalam kegiatan ini ia menyadari “pentingnya kerja sama dan gotong royong.”

“Semoga SLB Karya Murni semakin maju dan berkualitas agar dapat memberikan manfaat bagi banyak orang,” kata pelajar tunanetra berusia 12 itu yang berasal dari Kempo, Kabupaten Manggarai Barat.

Editor: Ryan Dagur

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA