Floresa.co – Perusahan air minum dan jus merek Ruteng, PT Nampar Nos yang akhir-akhir ini gencar diberitakan serta dituding sebagai penyebab masalah krisis air di Ruteng akhirnya memberi respon.
Agustinus Willy Djomi, Direktur Uama perusahan itu menyatakan kekesalan terhadap sejumlah pernyataan yang menyudutkan pihaknya.
Wili mengatakan pada Rabu (5/11/2014) via ponselnya, seharusnya sebelum berkoar-koar di ruang publik terkait masalah tersebut, terlebih dahulu mesti dicari apa penyebab krisis air di Ruteng.
“Saya rasa kasian kalau bisa bicara bahwa gara-gara PT Nampar Nos, air kota Ruteng (jadi) kering,” kata Wili.
Ia pun mengaku kecewa sebab tudingan terhadap perusahannya tidak didasari hasil survei.
Ia menambahkan, pihaknya sudah pernah melakukan komunikasi dengan pihak Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Ruteng terkait masalah krisis.
Selain itu, kata dia, sejak awal pihaknya sudah mengikuti semua peraturan.
“Satu, apakah yang kering itu dari sumbernya air Perusahan Air Minum (PAM). Kedua, apakah perpipaan distribusi yang tidak benar atau putus,” ungkapnya.
Ia menambahkan, “Sudah dua tahun kita sudah pakai Perda daerah Manggarai dan sebelumnya kita pakai Perda propinsi.”
Saat ditanya seputar volume air yang dibutuhkan untuk produksi per hari, ia menyatakan menyedot air kurang lebih 30 kubik.
Air-air produksi itu 90 persen beredar di Manggarai Raya (Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat) dan sisahnya beredar di daerah lain.
Sebelumnya, di media, termasuk Floresa.co, sejumlah pihak, termasuk anggota DPRD Manggarai mengaitkan masalah krisis air di Ruteng dengan PT Nampar Nos.
Yoakim Jehati, salah satu anggota DPRD misalnya, mengatakan secara eksplisit, krisis air di Ruteng disebabkan oleh keberadaan PT Nampar Nos.
“Untuk sementara ini dan dilihat dari kaca mata awam, saya melihat keberadaan PT Nampar Nos sebagai penyebabnya,” kata Yoakim, Kamis, 30 Oktober lalu.
Perlu Investigasi
Sementara itu, dalam artikel “Krisis Air di “Kota Dingin”: PT Nampar Nos dan Kecemasan Orang Ruteng”, Floresa mengulas bagaimana pengakuan warga di Ruteng, yang mengatakan, mengalami sendiri fakta berkurangnya debit air di Ruteng, pasca kehadiran PT Nampar Nos.
Ulasan tersebut yang mengacu pada penelitian lapangan tim dari JPIC OFM dan Keuskupan Ruteng mengungkap adanya penurunan debit air di sejumlah kali di kota Ruteng.
Meski, tidak disimpulkan bahwa hal itu merupakan pengaruh langsung kehadiran PT Nampar Nos, namun, penelitian pada 2009 itu, membuka kemungkinan adanya kaitan dengan perusahan tersebut.
Editorial Floresa pada 31 Oktober lalu juga menyinggung soal kasus ini. Mengambil sikap untuk tidak serta mengarahkan penyebab pada PT Nampar Nos, media ini menyarankan DPRD untuk mendesak pemerintah membentuk tim independen, yang meneliti aktivitas PT Nampar Nos dan pengaruhnya terhadap krisis air di Ruteng. (ADB/ARL/Floresa)