Korban Kericuhan ‘Pesta Sambut Baru’ di Flores: Satu Warga Tewas, Tiga Luka Parah

Polisi mengatakan kericuhan terjadi karena tamu pesta mabuk minuman beralkohol. 

Baca Juga

Floresa.co – Salah seorang warga di Kabupaten Manggarai Timur, Flores yang masuk wilayah Keuskupan Ruteng tewas saat kericuhan dalam ‘Pesta Sambut Baru’ pada Rabu malam, 13 September, sementara tiga lainnya mengalami luka serius dan kini dirawat di fasilitas kesehatan.

Aloysius Ali, 68, warga Kampung Wae Paci, Kecamatan Lambaleda Utara itu meninggal dunia di tempat kejadian setelah mengalami pendarahan karena luka robek di tangan kiri, demikian menurut keterangan polisi.

Pesta Sambut Baru adalah istilah yang umum dipakai umat Katolik di wilayah Nusa Tenggara Timur untuk perayaan syukur usai penerimaan Sakramen Ekaristi atau Komuni untuk pertama kali. Pesta ini dilakukan setelah penerimaan sakramen itu di gereja.

Kapolres Manggarai Timur, AKBP I Ketut Widiarta mengatakan kericuhan terjadi saat pesta syukuran salah seorang anak penerima sakramen itu sedang berlangsung di halaman Sekolah Dasar Inpres Wae Paci.

Kericuhan, kata dia, diduga karena tamu pesta mabuk minum alkohol lokal jenis “sopi dan tuak putih.” Sopi merupakan arak hasil penyulingan tuak putih yang disadap dari aren.

Ia mengatakan, salah satu korban yang mengalami luka parah adalah Eginasius Letor Sabon, Kepala Desa Golo Rentung.

“Ia mengalami luka serius di dahi sampai pipi bagian kiri,” katanya.

Eginasius, jelasnya, sempat dirawat di Puskesmas Benteng Jawa sebelum dirujuk ke RSUD Ruteng di Kabupaten Manggarai, selanjutnya dirujuk kembali ke Rumah Sakit Siloam di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.

Korban lainnya adalah Pius Ral, 66, yang mengalami luka robek di tangan kanan serta punggung kiri dan kanan.

Pius sedang “dirawat di Puskesmas Benteng Jawa,” kata Widiarta.

Sementara Fidelis Arol Arno, 21, warga asal Kampung Waso mengalami luka robek pada bahu kiri.

“Korban dirawat di RSUD Ruteng setelah sebelumnya dirawat di Puskesmas Benteng Jawa,” katanya.

Widiarta menyatakan, saat ini lokasi sudah dijaga oleh polisi dari Polsek Lamba Leda di bawah pimpinan Kapolsek Ipda Aris Ahmad.

Polisi sedang mengumpulkan informasi di lapangan dan telah memberikan himbauan kepada warga untuk menjaga keamanan, katanya.

Dalam video yang diperoleh Floresa yang merekam kejadian usai tewasnya Aloisius Ali, tampak warga di dalam sebuah ruangan berteriak histeris, yang mengubah suasana pesta malam itu menjadi mencekam.

‘Pesta Sambut Baru’ di Manggarai dan Nusa Tenggara Timur umumnya disertai dengan minum minuman beralkohol. Sementara yang lainnya umumnya hanya minum secukupnya, tidak sedikit juga tamu pesta yang minum hingga mabuk.

Pada 2017, kericuhan yang menelan nyawa saat Pesta Sambut Baru juga terjadi di Kabupaten Belu, Pulau Timor. Yulio Dasilva, 24, tewas saat itu setelah ditikam oleh dua orang. 

Penikaman itu terjadi setelah korban berkelahi dengan pelaku saat Pesta Sambut Baru di Kampung Sesekoe.

Floresa sudah menghubungi otoritas di Keuskupan Ruteng menanyakan kebijakan institusi itu terkait pelaksanaan ‘Pesta Sambut Baru.’ Wae Paci masuk wilayah Paroki St. Petrus dan Paulus Dampek, yang berada di bawah Keuskupan Ruteng.

Mgr. Siprianus Hormat, Uskup Ruteng; Romo Alfons Segar, Vikaris Jenderal, Romo Herman Ando, Vikaris Episkopal Reo – yang membawahi Paroki Dampek – dan Romo Willy Gandi, Pastor Paroki Dampek tidak merespons.

Sementara itu, Romo Simon Nama, Vikaris Episkopal Borong dan salah satu imam senior di Keuskupan Ruteng mengatakan, Gereja pada dasarnya sudah memberikan himbauan kepada umat agar tidak membuat acara yang berlebihan usai menerima sakramen komuni pertama.

“Kami sudah melarang pesta foya-foya itu, tetapi umat sering tetap melakukan pesta,” katanya kepada Floresa.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini