Floresa.co – Sebuah ensiklopedia yang secara khusus berisi informasi dan kekayaaan pengetahuan tentang Manggarai akan diluncurkan di Labuan Bajo pada 6 November.
Peluncurannya dilakukan dalam sebuah seminar, kerja sama antara Institut Manggarai dan Indonesia Financial Group [IFG], sebuah Badan Usaha Milik Negara.
Seminar yang mengangkat tema “Kosmologi dan Sastra Manggarai,” merupakan bagian dari rangkaian acara IFG Labuan Bajo Marathon 2023, event lari yang sudah diselenggarakan sejak tahun lalu.
Save Dagun, penulis ensiklopedia itu, mengatakan seminar akan fokus mengkaji mitologi proses orang Manggarai atau asal usul orang Manggarai berdasarkan mitos-mitos dan tentang “goet” atau peribahasa orang Manggarai.
“Pilihan kajian ini sebagai lanjutan atau mata rantai penerbitan Ensiklopedia Manggarai,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Floresa, 31 Oktober.
Setelah penerbitan ensiklopedi ini yang terdiri dari 10 jilid, kata dia, “jangan sampai berhenti di sini. Kita terus bergerak.”
Ia menjelaskan, materi yang ada dalam ensiklopedia hanyalah pintu masuk terhadap aneka tema yang bisa dikaji secara terus-menerus.
Seminar ini rencananya menghadirkan sejumlah pembicara seperti Robert MZ. Lawang, sosiolog di Universitas Indonesia; Alexander Jebadu, pengajar di Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero; dan Inno Sutam, pengajar di Universitas Katolik Indonesia St. Paulus Ruteng.
Save mengatakan saat peluncuran, Institut Manggarai dan IFG juga akan menyerahkan beberapa eksemplar Ensiklopedia Manggarai kepada perwakilan tiga kabupaten – Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.
“Visi dan misi dari program ini yaitu membangkitkan dan melestarikan serta merawat nilai-nilai lokal Manggarai,” ujarnya.
Mengapa Budaya Manggarai Perlu Dilestarikan?
Save – yang dikenal sebagai penulis sejumlah kamus dan ensiklopedia – mengatakan gelombang globalisasi yang kini terus bergerak dari segala penjuru telah menyebabkan pilar-pilar ketahanan budaya lokal rontok perlahan-lahan.
Kemajuan teknologi yang kian pesat, katanya, akan mempercepat proses tumbangnya kebudayaan daerah.
Ensiklopedia Manggarai, jelasnya, merupakan bagian dari upaya “merawat dan menjaga warisan-warisan para leluhur yang sudah melekat dalam diri orang Manggarai.”
Upaya ini, kata dia, melanjutkan perjuangan tokoh besar terdahulu yaitu Pater Verheijen dan Mgr. William Van Bekkum. Keduanya adalah imam dan uskup misionaris Belanda yang pernah berkarya di Manggarai dan banyak menulis tentang budaya Manggarai.
Tema dari kesepuluh jilid ensiklopedia ini adalah Amé Rinding Mané Iné Rinding Wié (1) Lalong Bakok Du Lakon – Lalong Rombéng Du Kolén (2) Mboas Waé Woang – Kémbus Waé Téku (3) Wake Celer Ngger Wan Saung Bembang Ngger Etan (4) Kimpur Néhu Kiwung – Cimar Néhu Rimang (5) Kete Api One Tela Galang Peang (6) Wiko Le Ulun Jengok Lau Wain (7) Uwa Haeng Wulang Langkas Haeng Ntala (8) Néka Oké Kuni Agu Kalo (9) dan Uwa Gula Bok Leso (10).