Manggarai Catat Peningkatan Drastis Kasus Demam Berdarah, Menyebar di 10 Kecamatan

Jumlah kasus sejak Januari lebih tinggi ketimbang sepanjang tahun lalu

Floresa.co – Kabupaten Manggarai di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan drastis kasus demam berdarah dengue [DBD], dengan jumlah kasus pada awal tahun ini telah melampaui total kasus sepanjang tahun lalu.

Dinas Kesehatan melaporkan 89 kasus sejak Januari yang tersebar di 10 kecamatan, melonjak dibanding 64 kasus sepanjang 2023. 

Kepala Dinas Kesehatan, Bertolomeus Hermopan mengatakan kasus terbanyak “tercatat di Kecamatan Langke Rembong.”

Berbicara dalam ruang kerjanya pada 15 Maret, Bertolomeus merinci 41 kasus tercatat di Kecamatan Langke Rembong, diikuti Cibal 16 kasus, Wae Rii 8 kasus, Satar Mese 8 kasus, Ruteng 5 kasus dan Satar Mese Utara 3 kasus.

Sementara Kecamatan Rahong Utara, Lelak, Reok dan Reok Barat masing-masing mencatatkan dua kasus.

“Mayoritas penderita merupakan orang dewasa,” kata Bertolomeus kepada Floresa.

Ia mengklaim Dinas Kesehatan telah melakukan beberapa langkah pencegahan, termasuk pengasapan dari rumah ke rumah (fogging).

Ia pun mengimbau warga “menanam pohon yang dapat menangkal nyamuk, secara kontinu memeriksa penampungan air dan menggunakan obat antinyamuk.”

Ia juga mengajak warga memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, menaruh pakaian dalam wadah tertutup serta bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar.

“Bangun kebiasaan hidup bersih agar terhindar dari DBD,” katanya.

DBD menyerang manusia lewat gigitan nyamuk aedes betina.

Merujuk pada artikel yang pernah ditulis, ​​Avelina Irene Djedoma, seorang dokter di Labuan Bajo, penyakit ini ditandai oleh tiga periode utama, yakni demam, lalu kritis dan terakhir adalah pemulihan.

Periode demam berlangsung pada hari pertama hingga ketiga. Gejalanya dapat berupa demam tinggi, nyeri seluruh tubuh, nyeri kepala, bintik kemerahan kulit, dan perdarahan gusi/mimisan.

Periode kritis berlangsung pada hari ke ketiga hingga ketujuh. Pada periode ini, gejala demam mulai turun, namun sangat rentan jatuh ke dalam periode syok atau DSS. 

Pada fase ini akan muncul tanda bahaya berupa tampak sangat lemas, nyeri perut hebat, muntah persisten, dan pendarahan hebat. Kondisi ini sangat membutuhkan pertolongan medis segera untuk mendapatkan terapi resusitasi cairan. Bila terlambat ditangani, penderita dapat jatuh ke fase syok atau DSS.

Namun, bila dapat melewati periode kritis dalam 24-48 jam, penderita akan masuk ke dalam masa pemulihan dan sembuh.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA