Belum Genap Tiga Bulan, Jalan Kabupaten di Lamba Leda, Manggarai Timur Mulai Rusak, Warga Pertanyakan Kerja Kontraktor

Ruas jalan yang kembali rusak memaksa warga ekstra hati-hati ketika melewatinya

Baca Juga

Floresa.co – Seruas jalan kabupaten di jalur berkelok-kelok di Kabupaten Manggarai Timur mulai rusak tiga bulan usai dikerjakan oleh kontraktor.

Warga meminta pertanggungjawaban kontraktor yang mereka duga hanya menambal kerusakan sekadarnya.

Jalan sepanjang dua kilometer yang menghubungkan Benteng Jawa-Heret-Bawe di Kecamatan Lamba Leda itu dikerjakan oleh perusahaan yang berbasis di Manggarai. 

Fidel Sanath, warga Benteng Jawa yang berbicara kepada Floresa pada 6 April mengatakan proyek itu mulai dikerjakan pada Oktober 2023 setelah penandatangan kontrak dua bulan sebelumnya. 

Ia menduga kontraktor “hanya menambal titik-titik yang rusak.”

Kendati pengerjaannya selesai pada Januari 2024 dan “sejak dua pekan lalu sekitar 200 meter jalan rabatnya kian parah.”

Di ruas jalan itu beberapa kali terjadi kecelakaan, katanya.

Kondisi jalan rusak membuat keberangkatan bus dari wilayah Lamba Leda ke Ruteng lebih lambat dibanding sebelumnya.

Dulu warga biasa menunggu bus sejak jam satu dini hari, kini, kata dia, bus baru mulai lewat sekitar jam lima pagi, ketika hari mulai terang.

Keberangkatan saat terang, kata dia, agar sopir bisa melihat dengan jelas titik-titik yang rusak.

Hujan Memperparah Kerusakan

Kontraktor pelaksana proyek itu adalah PT Lewata Karya Makmur, perusahaan konstruksi yang beralamat di Jalan Ranaka – Ruteng, Kelurahan Satar Tacik, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.  

Konsultan pengawas adalah PT. Acidatama Perkasa Korporindo yang beralamat di Wae Reca RT 002 RW 001 Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur.

Dengan anggaran sebesar Rp1.382.000.000 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum, pengerjaan proyek itu berjangka waktu 120 hari kalender kerja, demikian informasi pada papan proyek.

Kerusakan berawal dari Wae Mole sampai sebelum masuk jembatan Wae Laing, Desa Compang Mekar, kata Fidel.

Jembatan Wae Laing menghubungkan Desa Compang dan Kampung Lompong, Desa Golo Lembur.

“Kerusakan [mungkin] terjadi akibat intensitas hujan cukup tinggi, apalagi waktu kerjanya juga pas awal musim hujan,” kata Fidel.

Ia menduga kerusakan terjadi karena “pengerjaannya asal-asalan dan minim pengawasan.”

Kontraktor, kata dia, masih mempunyai tanggung jawab terkait pekerjaan jalan itu karena “masih dalam masa pemeliharaan.”

Fidel berkata, kerusakan itu sangat berdampak pada mobilitas pengendara, baik roda dua maupun roda empat. 

Saat musim hujan seperti sekarang, kata dia, mobil maupun motor cukup kesulitan melintasi jalur ini.

“Yang paling parah itu di jalan yang sistem rabat. Kalau yang aspal, masih bagus,” ungkapnya.

Saat musim hujan seperti sekarang, ruas jalan menuju Jembatan Wae Laing digenangi air karena di kanan dan kirinya tidak ada got. Hal ini membuat mobil maupun motor kesulitan melintasi jalur ini. (Fidel Sanath)

Jadi Jalan Bebatuan

Kepada Floresa, Fidel mengirim dua foto yang menggambarkan kondisi terkini ruas jalan itu. 

Foto-foto itu menampilkan dirinya yang kesulitan melintasi jalan rabat itu karena lapisan konstruksinya sudah terkelupas, menyisakan bebatuan. Tidak tampak got di kanan-kiri ruas jalan itu.

Ruas jalan di dekat jembatan Wae Laing yang disinggung Fidel “sebetulnya merupakan titik terberat” yang harus dilintasi warga ketika keluar-masuk ke Kecamatan Lamba Leda.

Laporan Voxntt.com pada 7 Februari 2023 menyebutkan beberapa tahun silam ruas jalan itu memang sudah diaspal, namun kemudian hanya menyisakan bebatuan yang tidak beraturan lagi. 

Natanael Naja, seorang penjual ikan yang sering melintasi jalur itu berkata “kerusakan itu menghambat laju ban motor sehingga pengendara harus berhati-hati, apalagi di samping jalan terdapat jurang yang dalam.”

Eufronis Weljon, seorang sopir travel mengatakan “ketika musim hujan, ruas jalan itu digenangi air dan jadi licin” sehingga para sopir selalu menyiapkan “sekam padi” agar mobil bisa melintas.

Floresa meminta tanggapan Boni Hasudungan, yang kini menjadi Penjabat Bupati Manggarai Timur pada 11 April melalui pesan WhatsApp. Boni tak merespons kendati pesan itu bercentang dua, tanda telah sampai kepadanya.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini