Kantor Imigrasi dan Dua Keuskupan di Timor Fasilitasi Umat Katolik yang Hendak ke Timor Leste Saat Kunjungan Paus

Umat Katolik yang tinggal di pulau kecil – Rote, Alor dan Sabu – bagian dari Keuskupan Agung Kupang akan didatangi petugas imigrasi

Floresa.co – Kantor Imigrasi bekerja sama dengan dua keuskupan di Pulau Timor bagian barat untuk membantu umat Katolik yang akan ke Timor Leste saat kunjungan Paus Fransiskus.

Umat Katolik di Keuskupan Agung Kupang dan Keuskupan Atambua memang lebih dekat ke Timor-Leste yang masih satu daratan, dibanding ke Jakarta, tempat paus juga akan bertandang, bagian dari lawatannya ke empat negara Asia pada awal September.

Kedua keuskupan telah mengeluarkan pengumuman yang meminta para imam, biarawan dan umat mendaftar di paroki mereka untuk pengurusan paspor.

Dalam sebuah pengumuman pada 10 Juli, Romo Erminus Fkun, sekretaris Keuskupan Agung Kupang berkata, data dari paroki akan diteruskan keuskupan ke kantor imigrasi.

Ia menambahkan, kantor imigrasi juga akan mengunjung umat Katolik di tiga pulau kecil – Rote, Alor dan Sabu – bagian dari keuskupan agung itu untuk memfasilitasi pembuatan paspor.

Pengumuman serupa juga disampaikan di Keuskupan Atambua.

Yosef Hello, sekretaris Pusat Pastoral keuskupan itu yang wilayahnya meliputi tiga kabupaten – Belu, Malaka, dan Timor Tengah Utara – dan berbatasan langsung dengan Timor-Leste menetapkan syarat untuk umat yang mendaftar.

Beberapa di antaranya adalah membawa uang minimal 100 dolar Amerika Serikat – sekitar Rp1,6 juta-, tunduk di bawah ketentuan hukum Timor Leste dan bukanlah orang-orang yang “bertangan darah” atau yang terlibat saat konflik kemerdekaan negara itu pada 1999.

Kepala kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di Nusa Tengara Timur berkata, memfasilitasi umat Katolik untuk ke Timor-Leste saat kunjungan paus adalah bagian dari “upaya jemput bola untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.”

Ia berharap pelayanan paspor bisa berjalan dengan baik sebelum kedatangan paus ke Dili.

Fransiskus Mone, 72, warga Kabupaten Timor Tengah Selatan berkata, ia  mengajukan paspor karena sangat ingin menghadiri misa yang dipimpin paus.

”Saya masih kuat jalan. Saya harus ke sana [Dili] karena ingin bertemu paus. Kapan lagi kalau bukan sekarang?” katanya, dilansir dari Kompas.id.

Paus Fransiskus akan berada di Timor-Leste pada 9-11 September. Ia akan memimpin Misa akbar dengan target sepuluh ribu umat pada 10 September di Lapangan Tasitolu, Dili.

Lapangan itu merupakan tempat bersejarah bagi warga Timor-Leste, tempat Paus Yohanes Paulus II menggelar Misa dalam kunjungannya pada 1987 kala negara itu masih berada di bahwa penjajahan Indonesia.

Untuk di Indonesia, para uskup telah meminta setiap keuskupan mengutus perwakilan yang akan hadir saat kunjungan paus di Jakarta pada 3-6 September.

“Berapa persis angkanya, sedang dipastikan panitia,” kata Romo Anthonius Gregorius Lalu, wakil koordinator media panitia kunjungan paus.

“Untuk utusan dari keuskupan, terbuka untuk umat yang bersedia menanggung biaya ke Jakarta, kecuali kalau diatur lain oleh keuskupan,” katanya.

Uskup Ruteng, Msgr Siprianus Hormat berkata, semula kuota umat dari keuskupannya yang akan hadir berjumlah 60 orang.

“Melihat animo umat, juga masih tetap dibuka penambahan jumlah, maka akan lebih dari 60 orang itu. Jumlah pasti rombongan baru pada 20 Juli,” katanya.

Ia berkata, mereka yang hadir akan menggunakan biaya sendiri.

“Kami tidak mengalokasikan per paroki, tapi diberi kesempatan kepada siapa yang lebih leluasa bisa berangkat,” katanya.

Uskup Atambua, Msgr. Dominikus Saku berkata keuskupannnya semula menargetkan kuota 80 orang untuk ke Jakarta, namun tidak ada yang mendaftar.

“Umat lebih ingin memilih ke Timor-Leste,” katanya.

Selain ke Indonesia dan Timor-Leste, paus juga akan ke Papua Nugini dan Singapura dalam kunjungan pada September. Ini tercatat sebagai kunjungan paus dengan durasi terpanjang dan ke beberapa negara sekaligus.

Kunjungan paus asal Argentina itu ke Indonesia mengambil tema Faith, Fraternity, Compassion atau Iman, Persaudaraan, Bela Rasa.

Kunjungan Paus Fransiskus akan menjadi kunjungan kepausan yang ketiga di Indonesia, negara Muslim terbesar di dunia, dengan populasi umat Katolik sekitar 8,5 juta jiwa atau 3,1 persen dari total penduduk.

Sebelumnya, Paus Paulus VI melakukan kunjungan pada 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989.

Paus Yohanes Paulus II sempat mengunjungi Pulau Flores, menginap di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret dan merayakan Misa di Gelora Samador Maumere, Kabupaten Sikka pada 12 Oktober 1989.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA