ReportasePeristiwaIni Situasi Misa Kamis Putih di Wae Lengga, Matim

Ini Situasi Misa Kamis Putih di Wae Lengga, Matim

Perarakan menuju Gereja (Foto: Markus Makur)
Perarakan menuju Gereja (Foto: Markus Makur)

Wae Lengga, Floresa.co – Sebagaimana halnya umat Gereja Katolik di seluruh dunia, pada Kamis malam (2/4/2015), ribuan umat Katolik di Wae Lengga, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) merayakan Misa Kamis Putih, untuk mengenang Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya.

Perayaan di Gereja Paroki St Arnoldus dan St Yosep ini yang dipimpin oleh Pastor Mansetus Tus SVD dan Mantan Provinsial SVD Ruteng, Pater Servulus Isak, SVD berlangsung khidmat.

Sebagaimana disaksikan Floresa.co, ritus pembuka diawali perarakan dua imam, misdinar dan 12 rasul yang dipilih dari petugas lingkungan Stasi Pusat Waelengga. Para rasul ini menjadi symbol kedua belas rasul Yesus.

Imam dan misdinar memasuki Gereja  Santo Arnoldus dan Yoseph Waelengga. (Foto: Markus Makur)
Imam dan misdinar memasuki Gereja Santo Arnoldus dan Yoseph Waelengga. (Foto: Markus Makur)

Perarakan dimulai dari sakristi menuju ke pintu masuk Gereja yang sudah dipadati umat. Koor pada Misa ini dari Lingkungan Sambikoe.

Pada ritus pembasuhan kaki, Injil didialogkan, sambil imam membersihkan kaki para rasul.

Pastor Tus, dalam kotbahnya mengatakan, Perayaan Kamis Putih kita mengenangkan Yesus yang melayani murid-Nya.

Pembasuan kaki para rasul (Foto: Markus)
Pembasuan kaki para rasul (Foto: Markus)

“Kaki kita merupakan tubuh yang terendah yang bersentuhan dengan alam, dengan kotoran-kotoran. Dan kaki juga merupakan fondasi kuat dalam diri seorang manusia. Maka, Yesus turun dari tahta Kemuliaan-Nya untuk melayani para muridNya dengan total,” kata imam ini.

“Yesus merendahkan diri-Nya demi melayani para murid-Nya agar para murid-Nya melayani sesama manusia di nyakemudian hari,” lanjut.

Umat memadati Gereja. (Foto: Markus Makur)
Umat memadati Gereja. (Foto: Markus Makur)

Ia pun mengajak umat untuk meneladani perbuatan Yesus. “Kita harus berani melayani sesama dengan total,” ujarnya.

Sesudah misa, Floresa.co berbincang-bincang dengan Pastor Tus, yang selama ini menjadi misionaris di Italia.

Ia sempat membagi pengalaman, di mana menurutnya, secara liturgis tidak ada perbedaan dalam hal ritual dengan Gereja di Eropa, sebab liturgi Gereja Katolik berlaku secara universal.

“Namun, di Gereja di seluruh Eropa tidak ada ritual-ritual seperti yang dibawakan oleh umat Katolik di Keuskupan Ruteng,” katanya.

Ia menjelaskan, tantangan terberat bagi missionaris di seluruh Eropa adalah kehadiran umat yang mengikuti misa sangat kecil.

“Berbeda dengan umat Katolik di Indonesia pada umumnya dan di Keuskupan Ruteng pada khususnya. Umatnya sangat padat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.” (Laporan Markus Makur, Kontributor Floresa.co di Manggarai Timur)

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA