Floresa merupakan media independen berbasis di Flores, NTT. Baca selengkapnya tentang kami dengan klik di sini!

Dukung kerja-kerja jurnalistik kami untuk terus melayani kepentingan publik
ReportasePeristiwaGuru Agama Katolik di Manggarai dan Matim Bedah Kurikulum 2013

Guru Agama Katolik di Manggarai dan Matim Bedah Kurikulum 2013

Ruteng, Floresa.co – Dalam rangka peningkatan kompetensi, lebih dari 50 guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) dari Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur (Matim) mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13) di Aula Efata, Ruteng pada 27-30 April 2016.

Ke-50 guru tersebut merupakan staf pengajar di pendidikan dasar dan menengah.

Kegiatan ini digelar oleh  Kementrian Agama Kantor Kabupaten Manggarai.

Ada tiga pemateri, yakni Marsel Ruben Payong, doktor pendidikan yang mengajar di STKIP St Paulus Ruteng; Salut Maksimus, pengawas PAK tingkat dasar dan Romo Edy Jelahu Pr, Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Ruteng.

Martinus Badun, ketua pelaksana kegiatan mengatakan, Konfrensi Wali Gereja Indonesia (KWI) mengamanatkan bahwa pengembangan kurikulum PAK hendaknya memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar  dan indikator pencapaian mata pelajaran tersebut.

Ia menambahkan, secara yuridis K-13 merupakan perintah RPJMN 2010-2014 yang mengamanatkan bahwa peningkatan mutu pendidikan dititikberatkan pada perbaikan metodologi dan penataan ulang kurikulum.

Kemudian secara teknis operasional, kata dia, K-13 pada hakekatnya untuk memenuhi tujuan pendidikan nasional berupa berkembangnya potensi peserta didik.

“K-13 mendorong peserta didik memiliki 4 kompetensi yakni sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan,”  jelas Martinus yang adalah Penjabat Pembuat Komitmen di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Manggarai.

Marsel Ruben Payong mengaku, tantangan terberat guru PAK saat ini yaitu terletak pada pemahaman bagaimana mengadaptasi model pembelajaran saintifik murni ke dalam model saintifik ala pengajaran agama.

Ia menjelaskan, saintifik murni tersebut berorientasi pada pembuktian teori, sedangkan saintifik ala pengajaran agama tidak berorientasi pada pendidikan iman dan sangat misteri.

“Menurut saya, guru PAK cukup beruntung dengan K-13 karena pendekatan saintifik sudah diterapkan sejak Kurikulum 1984 ketika model pengajaran Agama Katolik beralih dari pengajaran iman ala katekismus menjadi komunikasi iman,” katanya.

“Sejak itu PAK sudah menerapkan pendekatan proses dengan pola pergumulan iman dan refleksi,” lanjut Marsel.

Romo Edy Jelahu, dalam pemaparan materinya menegaskan bahwa PAK pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.

“Oleh karena itu, pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks hidup nyata,” katanya.

Sebastianus Dedi, salah satu peserta kegiatan mengatakan apa yang ia peroleh sangat bermanfaat.

Melalui bimbingan, ini jelasnya, guru PAK memperoleh informasi seputar konsep kurikulum, pendekatan saintifik dan penilaian otentik, dan memahamai perancangan pembelajaran Agama Katolik. (Ardy Abba/ARL/Floresa)

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

TERKINI

BANYAK DIBACA