BerdayaBangun Sekolah Mandiri, Cara Warga di Pedalaman Sikka Atasi Angka Putus Sekolah

Bangun Sekolah Mandiri, Cara Warga di Pedalaman Sikka Atasi Angka Putus Sekolah

Setelah sebelumnya anak-anak di dua kampung di Desa Runut berjalan kaki sekitar empat kilometer untuk sampai di sekolah terdekat, kini mereka bisa sekolah di kampung sendiri

Floresa.co – Dari sebuah sekolah di pedalaman Kabupaten Sikka, terdengar suara anak-anak yang bersahut-sahutan, memanggil guru mereka.

Saat Floresa mendekati bangunan itu, suara-suara itu kian terdengar lebih kencang.

Beberapa murid mengacungkan tangan, sembari memanggil “ibu…ibu..,” membuat suasana jadi ramai.

Pada 5 Juni itu, mereka rupanya sedang ujian kenaikan kelas.  

Tidak ada kertas soal yang dibagikan. Dua guru mereka bergantian membaca setiap soal dari depan kelas.

Teriakan mereka pagi itu hendak meminta guru membaca ulang beberapa soal.

Sekolah itu terbuat dari dinding bambu dan kayu kelapa. Ukurannya enam kali tujuh meter persegi, hanya mencakup satu ruang kelas.

Fasilitasnya hanya beberapa meja dengan kursi murid yang berbeda-beda, sebagian bangku kayu, sebagian lagi kursi plastik.

Sekolah itu merupakan hasil swadaya warga di dua kampung di Desa Runut, salah satu dari desa di Kecamatan Waigete.

Desa Runut memiliki 3.023 penduduk. Lokasinya  sekitar 55 kilometer arah timur dari Maumere, ibukota Kabupaten Sikka. 

Jalan ke desa ini berlubang serta lumpur, yang bisa ditempuh satu jam dengan sepeda motor.

Guru sedang membacakan soal ujian kenaikan kelas. (Dokumentasi Floresa)

Atasi Angka Putus Sekolah

Letak sekolah itu persis di tengah Kampung Napun Biri Gunung di atas lahan seluas 22×32 meter persegi.  

Kendati dengan bangunan seadanya, sekolah itu telah menjadi pilihan terbaik bagi anak-anak di Napun Biri Gunung dan kampung tetangga, Boladetun.

Sebelum sekolah itu berdiri pada tahun lalu, anak-anak kedua kampung itu harus berjalan kaki empat kilometer untuk mencapai sekolah terdekat, Sekolah Dasar Katolik atau SDK 065 Ewa.

Butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai, dengan medan jalan menanjak dan licin serta menyeberangi salah satu kali.

“Kalau musim hujan, anak-anak tidak bisa lewat. Harus putar balik, tidak jadi ke sekolah,” kata Suryani Making, salah satu ibu di Napun Biri Gunung.

Hal itu membuat mayoritas anak-anak di dua kampung itu putus sekolah.

Mereka memilih berhenti pada Kelas V usai Sambut Baru, sebutan untuk upacara Komuni Pertama dalam tradisi Gereja Katolik.

Hortensia Sun, kepala sekolah SDK 006 Ewa mengonfirmasi hal itu.

“Karena sekolah jauh, mereka pikir sudah cukup sampai Kelas V,” katanya.

Aksi Swadaya 

Kondisi ini menggerakkan hati Gervasius Heli, seorang guru PNS yang berasal dari Boladetun.

Ia kini mengajar di SDI Egon, Desan Nangatobong, Kecamatan Waigete, sekitar 20 kilometer dari Napun Biri Gunung. 

Gervas memutuskan menghibahkan tanahnya asal warga mau membangun sekolah.

“Pak Gervas datang ajak kami bicara setelah dia lihat banyak anak yang drop out,” kata Yustinus Frengki, mengenang momen-momen pada awal tahun lalu.

Yustinus merupakan mantan Ketua Panitia Pembentukan Sekolah dan sekarang menjabat sebagai Sekretaris Desa Runut.

Pembicaraan dengan Gervas itu dilanjutkan dengan pertemuan warga, yang lalu sepakat membangun sekolah sendiri. 

Mereka memutuskan mengerjakan semuanya dengan swadaya, mulai dari pengumpulan bahan bangunan hingga pengerjaan konstruksi. 

Dalam rancangan awal, sekolah itu hendak jadi sekolah negeri, kata Yustinus.

Namun, mereka memperkirakan hal itu akan sulit karena proses administrasi yang panjang.

“Karena sudah ada murid, ya kami mulai. Tidak mungkin tunggu berstatus sekolah negeri baru mulai bangun.”

Dari hasil koordinasi dengan SDK 065 Ewa, sekolah itu ditetapkan sebagai “kelas jauh” dan menjadi kelas paralel IB.

Mulai beroperasi pada Juli 2024, murid perdananya 18 orang.

Sekolah ini berstatus “Sekolah Jauh SDK 065 Ewa.” (Dokumentasi Floresa)

Hortensia Sun berkata, ia menugaskan dua guru di sekolah itu. 

Fransiska Dua Rato menjadi wali kelas, dibantu Hilarius Pawe sebagai Guru Agama.

Yustinus berkata, sejak beroperasi, sekolah ini sudah dikunjungi oleh sejumlah pihak. 

Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Sikka, Germanus Goleng dan Ketua DPRD Kabupaten Sikka, Stevanus Sumandi, termasuk di antaranya.

“Pak Ketua DPRD janji akan bantu perjuangkan agar sekolah ini bisa jadi sekolah negeri,” katanya.

Selama proses penantian itu, “kami tetap jalan.”

Lokasi sekolah yang dekat, kata Yustinus, membawa perubahan dalam cara berpikir warga.

Sebelumnya, kata dia, mengenyam pendidikan tidak dianggap penting, salah satu alasan yang turut memicu tingginya angka putus sekolah.

“Sekarang cara berpikir demikian sudah mulai berubah. Karena sekolah ada di dekat rumah, mereka mulai pikir ulang soal pentingnya pendidikan,” katanya.

Ia memberi catatan bahwa sekolah bukan hanya soal bangunan, tapi tentang mendekatkan pendidikan dengan anak-anak di kampung.

“Kita mulai dari apa yang ada. Pemerintah nanti lihat bahwa warga juga serius. Itu yang penting,” katanya.

Menambah Ruangan

Peserta didik Kelas I akan naik kelas tahun ini, membuat warga mulai membicarakan pembangunan satu ruangan lagi untuk Kelas II.

Sudah ada pertemuan membahas hal itu, kata Yustinus Frenki.

Mereka bersepakat pembangunannya dimulai setelah musim panen kacang dan padi pada bulan ini.

Yustinus berkata, pengerjaannya juga akan dilakukan secara swadaya.

Targetnya, ruangan itu sudah jadi sebelum tahun ajaran baru bulan depan.

“Sayang kalau tidak dibangun satu kelas tambahan, karena anak-anak harus kembali ke SDK 065 Ewa,” katanya.

Ia juga khawatir bahwa kembali ke sekolah yang jauh dari kampung akan memicu soal lama: anak-anak putus sekolah daripada saban hari menempuh perjalanan empat kilometer. 

Editor: Ryan Dagur

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA