Digigit Anjing Tiga Bulan Lalu, Perempuan di Sikka Meninggal dengan Gejala Terinfeksi Rabies

Korban tak segera berobat usai jari tangannya digigit. Ia meninggal dunia setelah mengalami gejala rabies, seperti gelisah, takut angin dan air, bicara sembarang

Baca Juga

Floresa.co – Seorang perempuan di Kabupaten Sikka meninggal dunia, diduga terinfeksi virus rabies yang masih menjadi masalah serius di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Theresia Seja, asal Desa Wolorega, Kecamatan Paga meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah [RSUD] TC Hillers Maumere pada Sabtu, 16 Desember dalam usia 69 tahun.

Penjabat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Hengky Sali mengatakan kepada Floresa, jari tangan kanan korban digigit anjing pada 20 September 2023.  

Begitu tergigit, ia tak langsung berobat ke Puskesmas Paga – fasilitas kesehatan terdekat dengan rumahnya. Saat itu “ia hanya mencuci bagian yang terluka,” kata Henky.

Ia mengatakan korban baru berobat ke Puskesmas Paga pada 12 Desember 2023. Di sana ia sempat dirawat selama semalam dan ditangani  sebagai pasien dengan gejala batuk pilek, mual dan muntah. 

Selama perawatan itu pula “pasien tidak pernah menyampaikan bahwa dirinya baru digigit anjing, sehingga dipulangkan oleh dokter.”

Ia lalu dirawat di RSUD TC Hillers Maumere sejak 15 Desember 2023 pagi. 

“Setelah dirawat, pasien menunjukan gejala rabies seperti gelisah, takut angin dan air, bicara sembarang. Kondisi pasien terus mengalami penurunan hingga akhirnya meninggal,” kata Hengky.

Atas kejadian tersebut, Hengky mengimbau warga agar selalu waspada dan hati-hati terhadap perilaku hewan peliharaan. 

“Yang memiliki hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan kera agar diikat atau dikandangkan. Kita juga harus hati-hati dengan anjing. Jika digigit anjing, segera ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan lebih awal.”

Rabies, virus mematikan yang menyebar ke manusia dari air liur hewan yang terinfeksi, seperti anjing, masih menjadi masalah serius di NTT, termasuk di wilayah Kabupaten Sikka.

Belum diketahui data pasti jumlah kasus di NTT pada tahun ini. Laporan Floresa pada Juli mencatat sejak Januari hingga Juli, total 13 warga NTT meninggal karena virus ini.

Korban terbanyak, 6 orang, di Kabupaten Timor Tengah Selatan, disusul Sikka 3 orang, Ende dan Manggarai Timur masing-masing 2 orang. Jumlah ini meningkat dari 9 kematian yang tercatat selama 2022.

Secara nasional, kasus gigitan anjing rabies dan korban tewas terus mengalami peningkatan. Tahun 2022, jumlah penularan rabies mencapai 104.229 kasus dengan 102 kematian, naik dari 57.257 kasus dengan 62 kematian pada 2021. 

Tingkat vaksinasi rendah dan penanganan pasca-insiden yang buruk, menjadi beberapa dari pemicu sulitnya mengatasi virus ini di NTT.

Melky Angsar, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan Provinsi NTT, mengatakan, selama 26 tahun endemi rabies, kekebalan kelompok tak pernah terbentuk di NTT.

Padahal, kata dia, kekebalan kelompok [herd immunity] terjadi ketika mayoritas populasi mampu mengembangkan kekebalan terhadap penyakit menular. Kekebalan kelompok dapat mengurangi kemungkinan penularan suatu penyakit antarmanusia.

Para ahli epidemiologi meyakini kekebalan kelompok sebesar 70 persen dari total populasi mampu menurunkan kerentanan terhadap penyakit menular tertentu, termasuk rabies, katanya.

Salah satu penyebab sulitnya mencapai 70 persen kekebalan kelompok dalam kasus rabies di NTT, lanjut Melky, “karena masalah kesehatan hewan bukan program prioritas nasional.” Apalagi, tambahnya, “kesehatan hewan merupakan sub-sektor pertanian.”

Tak tercakupnya kesehatan hewan dalam program prioritas nasional memicu “jumlah stok vaksin rabies yang tak berbanding lurus dengan jumlah anjing di Flores dan Lembata.”

Flores dan Lembata merupakan dua pulau endemi rabies di NTT sejak kasusnya pertama kali terdeteksi pada 1997. 

Menurut Melky, tahun ini pemerintah pusat menyediakan 108.000 stok vaksin rabies untuk kedua pulau tersebut, padahal populasi anjing untuk sembilan kabupaten di Flores dan Lembata sekitar 350.000 ekor.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini