Warna Tiga Danau Kawah Kelimutu Masih Berubah-ubah, Pemerintah Pertahankan Status Waspada

Warga tak boleh mendekat hingga radius 250 meter dari danau, kata Kepala PVMBG, Priatin Hadi Wijaya

Floresa.co – Lebih dari sebulan warna air di tiga danau vulkanis Gunung Kelimutu menggelap. 

Perubahan warnanya mendorong status vulkanis gunung di Kabupaten Ende, Flores itu dipertahankan pada Level II [Waspada], selagi menanti peneliti dapat mendekat dan mengambil sampel untuk menentukan status selanjutnya.

Pengambilan sampel terbaru belum dapat dilakukan sejak 24 Mei atau ketika Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan status peringatan vulkanis gunung itu.

Bersamaan kenaikan status dari Normal [Level I], “warga, begitu pula peneliti, diimbau tak mendekat hingga radius 250 meter dari kawah,” kata Kepala PVMBG, Priatin Hadi Wijaya.

Terdapat empat tingkatan status peringatan vulkanis suatu gunung api. Level IV [Awas] merupakan level tertinggi atau paling darurat. “Awas” mengisyaratkan potensi erupsi besar dalam kurun 24 jam sesudah penetapan statusnya.

“Kawah” yang disebut Hadi, sapaannya, mengacu pada tiga danau vulkanis Kelimutu. Masing-masing bernama Tiwu Ata Polo, Tiwu Koofai Nuwamuri dan Tiwu Ata Bupu.

“Meskipun ketiga kawah itu berada di gunung yang sama,” kata Hadi kepada Floresa pada 23 Juli, “tetapi aktivitas hidrotermal yang terjadi di bawah masing-masing permukaannya berbeda.”

Dinamika hidrotermal itulah “yang salah satunya menyebabkan keberagaman perubahan warna di masing-masing kawah.”

Hidrotermal merupakan sirkulasi kandungan mineral yang bersentuhan dan akhirnya menimbulkan hawa lebih panas pada suatu permukaan.

Hadi baru sepekan aktif menjabat Kepala PVMBG, sesudah dilantik pada 12 Juli 2024. Sebelumnya, sejak Agustus 2022, ia mengepalai Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan di Bandung, Jawa Barat.

Ia berencana melawat ke Kelimutu pada Agustus, yang akan menandai kunjungan pertamanya sebagai kepala PVMBG.

“Saya perlu lebih dekat lagi mengevaluasi aktivitas di ketiga kawah [Kelimutu] dan bertemu teman-teman pos pengamatan di sana,” katanya.

Peneliti vulkanologi Sam Murphy et al. dalam kajian Color and Temperature of the Crater Lakes at Kelimutu Volcano through Time menemukan air di ketiga danau vulkanis Kelimutu pada dasarnya memiliki pola warna, namun “hanya ketika aktivitas vulkanisnya normal.”

Air Tiwu Koofai Nuwamuri pada umumnya berwarna hijau hingga biru pirus [cyan]. Tiwu Ata Polo lumrahnya berair hijau hingga merah. 

Sedangkan Tiwu Ata Bupu “berwarna hijau pada sekitar 1930-an, sebelum memutih pada 1970-an,” sebut para peneliti dalam kajian yang terbit pada 2017.

Akhir-akhir ini air di Tiwu Ata Mbupu tampak menghitam. 

Menggelapnya permukaan kawah yang oleh warga setempat dikenal juga sebagai Danau Orang Tua itu “kemungkinan disebabkan penurunan kadar keasaman di dasar danau,” kata Ketua Tim Pengamatan Gunung Api PVMBG, Heruningtyas Desi Purnamasari.

“Kami masih harus mengambil sampel terbaru,” kata Tyas, sapaannya, “guna memastikan pemicu perubahan warnanya.”

Pada Juni, Floresa mewawancarai Surono, ahli geologi yang sempat menjabat kepala PVMBG dan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 

Ia menyatakan perubahan warna di ketiga danau vulkanis Kelimutu merupakan “buah dari permainan panjang gelombang.”

Panjang gelombang, kata Surono menjelaskan, “dihasilkan dari sinar matahari yang membias, mengenai dan akhirnya memantul dari permukaan danau vulkanis.”

Panjang atau pendeknya gelombang turut membentuk warna air danau vulkanis.

Peningkatan aktivitas vulkanis “memang mengubah warna danau di Kelimutu,” katanya.

Ditambah memasuki musim kemarau, menurut Surono, “air di ketiga danau di Kelimutu mungkin sekali menjadi lebih pekat.”

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA