PerspektifAnalisisAntisipasi Kapitalisasi Birokrasi

Antisipasi Kapitalisasi Birokrasi

Lalu, pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah, bagaimana caranya supaya kapitalisasi birokrasi tidak terjadi?

Setidaknya ada dua poin penting. Pertama, bupati harus tepat dalam menggunakan hak prerogatifnya dalam memilih dan menempatkan para pejabat. Ia  harus jeli dan tetap berkomunikasi baik dengan wakil bupatinya atau pun dengan tokoh-tokoh daerah yang cukup berpengaruh dalam memajukan daerah.

Kedua adalah sistem pengawasan yang ketat dan daya kritis dari civil society. Di sini masyarakat harus diberi ruang untuk berekspresi terutama dalam mengusulkan orang-orang yang tepat dan cocok untuk bergabung dalam birokrasi.

Masyarakat sipil tidak boleh bersikap pasif, karena bagaimana pun juga hal tersebut berdampak pada kehidupan masyarakat itu sendiri.

Terkait adanya orang-orang yang pernah melakukan korupsi sebelumnya atau pernah mendapat rapor merah baik dari pemerintah sendiri maupun dari rakyat sebaiknya tidak boleh diberi ruang lagi.

Dengan demikian, akan tercipta suatu birokrasi yang murni, bersih dan jauh dari nepotisme.

Penulis bersal dari Mukun, Manggarai Timur. Kini aktif sebagai Ketua HMPS Sosiologi  Universitas Atma Jaya Yogyakarta

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

spot_img

TERKINI

BANYAK DIBACA