Komunitas Kopi Pa’it: Merawat Warisan Budaya Lewat Seni

Baca Juga

Oleh karena itu, sanggar Kopi Pa’it tak henti-hentinya berusaha mempelajari nilai dan seni budaya Manggarai.

Sebagai sebuah komunitas, Kopi Pa’it membantu anggota bukan hanya dalam hal ilmu kebudayaan dan pengalaman organisatoris tetapi juga pengembangan diri menjadi lebih baik.

Latihan dilakukan secara regular. Banyaknya tawaran menari membuat para anggota lebih jeli membagi waktu.

Tentu, prioritas utama, yakni pendidikan (kuliah), tetap diperhatikan.

Menjadi lebih bertanggungjawab adalah bonus dalam setiap aktivitas berkomunitas seni.

Semua anggota diberi kepercayaan dan ruang untuk berkreasi dan berbicara.

”Junior boleh memimpin senior” adalah salah satu prinsip komunitas. “Jaga mood” adalah slogan yang selalu dikumandangkan. “Manajemen afeksi” ini juga merupakan bukti profesionalitas masing-masing anggota. Bahwa semangat kebersamaan anggota perlu selalu dijaga.

Caci, salah satu jenis tari yang juga kerap ditampilkan oleh komunitas kopi pa'it. (Foto: Dewi Sukur)
Caci, salah satu jenis tari yang juga kerap ditampilkan oleh komunitas kopi pa’it. (Foto: Dewi Sukur)

Anggota Kopi Pa’it, saat ini, berjumlah 30 orang: 20 anggota aktif dan 10 anggota istimewa.

Angggota aktif adalah mereka yang secara penuh terlibat dalam kegiatan-kegiatan komunitas seperti rapat dan latihan reguler.

Sedangkan anggota istimewa adalah anggota yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan keseharian komunitas.

Sebagaian besar anggota istimewa berdomisili di daerah luar Yogyakarta. Meraka adalah para “alumni” Kopi Pa’it yang sudah menamatkan pendidikannya.

Seperti halnya komunitas-komunitas lain, Kopi Pa’it pun memiliki struktur organisasi di dalamnya. Ketua komunitas dipilih secara demokratis. Perangkat kerjanya dipilih oleh ketua terpilih seperti sekertaris, bendahara serta ketua-ketua divisi.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini