Air Danau Kelimutu Berubah Jadi Pekat, Apa Kata Pakar Geologi Soal Kaitannya dengan Peningkatan Aktivitas Vulkanis?

Warna air danau tampak lebih pekat ketika musim kemarau

Floresa.co – Peningkatan aktivitas vulkanis “paling mudah diamati ketika sebuah gunung api memiliki danau,” kata seorang pakar geologi, Surono.

Serupa halnya Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Pulau Flores.

Gunung Kelimutu memiliki tiga danau kawah, masing- masing Tiwu Ata Polo, Tiwu Koofai Nuwamuri dan Tiwu Ata Bupu.

Seiring peningkatan vulkanis Kelimutu, ketiga danau kawahnya–yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan–tampak berubah warna menjadi lebih pekat. 

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG] Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 24 Mei menaikkan status aktivitas vulkanis Kelimutu dari Normal [Level I] ke Waspada [Level II].

Level tertinggi aktivitas vulkanis suatu gunung berapi adalah Awas [Level IV].

Kenaikan status vulkanis terhadap Kelimutu ditetapkan sesudah personel di Pos Pengamatan Gunung Api Kelimutu mendeteksi sebaran belerang yang kian intensif di ketiga danau.

Dari ketiganya, air Danau Tiwu Ata Polo yang paling menampakkan perubahan warna. 

Pada 22 Mei, data sistem kamera pengawas atau CCTV memperlihatkan warna air di Tiwu Ata Polo–yang lumrahnya hijau kebiruan–berangsur-angsur menjadi hijau tua, hijau kecokelatan dan akhirnya cokelat kehitaman.

Yang Hijau Belum Tentu Hijau

Surono, yang pernah menjabat kepala PVMBG dan kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan perubahan warna air danau di Kelimutu merupakan “buah dari permainan panjang gelombang.”

Mafhum tak setiap orang memahami proses terbentuknya warna dalam konteks geologi, ia berusaha menjabarkan dengan perumpamaan serta contoh serupa di gunung api lain.

Tak hanya di Kelimutu, “permainan panjang gelombang juga terjadi di gunung api lain yang memiliki danau vulkanik.” 

Ia mencontohkan Plato Dieng, kompleks gunung api di Jawa Tengah  sebagai salah satunya

Beberapa gunung api yang tercakup dalam kompleks Plato Dieng termasuk Prau, Sikunir dan Pakuwaja.

Panjang gelombang, kata Surono menjelaskan, “dihasilkan dari sinar matahari yang membias, mengenai dan akhirnya memantul dari permukaan suatu kontur”–dalam konteks ini, permukaan ketiga danau di Kelimutu.

Panjang atau pendeknya gelombang turut membentuk jenis-jenis warna.

“Warna,” kata Surono kepada Floresa pada 1 Juni, “pada akhirnya bergantung dari kemampuan mata kita menangkap cahaya.”

“Apa yang orang bilang ‘biru,’ belum tentu tampak biru dari mata kita,” kata lelaki berusia 69 tahun itu.

Yang jelas, katanya, “peningkatan aktivitas vulkanis memang mengubah warna danau di Kelimutu.”

Ditambah memasuki musim kemarau, “air di ketiga danau di Kelimutu mungkin sekali menjadi lebih pekat.”

Ketika musim kemarau datang, air di danau akan berkurang seiring dengan pertambahan suhu. 

Keduanya “berkontribusi memperkuat unsur kimia terlarut yang kelak menghasilkan warna air yang tampak lebih pekat.”

Surono sempat meminta Floresa mengirim beberapa foto terbaru Danau Tiwu Ata Polo sebelum berucap “sepertinya curah hujan mulai berkurang di sana ya, sehingga tampak makin pekat.”

Bertahun-tahun memantau dari dekat aktivitas gunung berapi di pelbagai wilayah Indonesia, ia mengimbau tak hanya warga, melainkan juga petugas pos pemantauan “menahan diri untuk tak mendekati ketiga danau.”

“Keselamatan, bukannya mengambil sampel dan gambar, adalah yang utama,” katanya.

Rumah Cincin Api Pasifik

Nusa Tenggara Timur [NTT] berada pada persimpangan tiga lempeng geologi. Masing-masing adalah lempeng Asia-Australia, Eurasia serta Pasifik. 

Puluhan juta tahun silam, lempeng-lempeng bergerak, mendekati satu sama lain, sebelum akhirnya bertumbukan. 

Ketika bertumbukan, zona pertemuan antarlempeng membentuk rangkaian gunung berapi. 

Sebanyak 25 dari 127 gunung berapi aktif di Indonesia tersebar di pelbagai wilayah NTT dan membentuk jalur Cincin Api Pasifik.

Selain Kelimutu, beberapa gunung berapi lain di NTT mencatatkan peningkatan aktivitas vulkanik pada waktu belakangan. Salah satunya adalah Gunung Lewotobi Laki-Laki di sebelah timur Pulau Flores dan Ile Lewotolok di Pulau Lembata.

“Ili”–atau “ile,” seperti dilafalkan warga setempat–berarti “gunung berapi.”

Selain Kelimutu, gunung api Ile Lewotolok di Pulau Lembata, NTT juga tengah aktif. Foto kawah Ile Lewotolok diambil pada 17 Oktober 2019. (Anastasia Ika/Floresa)

Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi pada 2 Juni, setelah letusannya intens pada awal tahun. Sedangkan Ile Lewotolok telah puluhan kali erupsi sejak empat pekan silam. 

Selain gunung berapi yang berada di darat, NTT juga menjadi rumah bagi Hobal, gunung berapi bawah laut di Laut Sawu yang terhubung dengan Tanjung Atadei, Lembata.

Hobal berada pada satu garis lurus dengan Iliwerung, salah satu gunung berapi di Kecamatan Atadei, Lembata.

Gunung api bawah laut itu tercatat lima kali meletus dalam 40 tahun terakhir –  pada 1983, 1993, 1995, 1999 dan 2013. Semuanya disertai embusan asap serta permukaan laut yang keruh menguning. 

Ketika aktivitas vulkanis Hobal meningkat, acapkali muncul gelembung berbuih di permukaan air sekitarnya. 

Buih-buih itu pula yang sempat dikira tsunami ketika Hobal erupsi pada 20 Agustus 2013. Terlebih lagi warga pesisir sekitar saat itu teringat tsunami di NTT yang turut menerjang Tanjung Atadei pada 1979.

Hobal, gunung api bawah Laut Sawu berada pada satu garis lurus dengan Iliwerung (tampak pada foto). Ketika erupsi, Hobal kerap memicu gelombang berbuih di permukaan sekitar yang, pada 2013, oleh warga pesisir setempat sempat dikira tsunami. (Anastasia Ika/Floresa)

“Tsunami pada 1979 tidak ada hubungannya dengan Hobal,” kata Surono, “tetapi akibat aktivitas sesar atau patahan di sekitar NTT.”

Ketika meletus, “gunung api [yang sepenuhnya berada di] bawah laut tidak akan menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitar.”

“Jangan khawatir,” kata Surono.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA