Labuan Bajo, Floresa.co – Sebuah rumah makan yang menjadikan pangan lokal khas Nusa Tenggara Timur (NTT), kini hadir di Labuan Bajo, ibukota Manggarai Barat (Mabar).
Depo Dapur Kota, nama rumah makan yang terletak di Cowang Dereng, persis di depan SMA Negeri I Labuan Bajo itu diresmikan pada Jumat, 17 Maret 2017.
Menu khas andalannya adalah bose, nasi merah campur jagung, nasi kuning, nasi goreng dan soto. Sementara untuk minuman, di sini tersedia jus beragam buah yang dibeli dari petani di wilayah Manggarai Barat.
Pada malam Minggu, rumah makan ini menyediakan menu khusus, kolo atau nasi bambu khas Manggarai.
Bagi para pengunjung yang memiliki bakat menyanyi, bisa mampir ke Depo Dapur Kota pas malam Minggu, karena pada pukul 19.00-22.00 Wita di sini adal live music.
Selain peralatan band yang cukup lengkap, pengunjung akan diiringi pemain musik asal Manggarai yang selama ini kerap tampil pada beberapa event di Denpasar, Bali.
Stanislaus Stan, pemilik Depo Dapur Kota, saat acara launching mengatakan, saat ini di Labuan Bajo terjadi perubahan gaya hidup, dimana para pengusaha restoran lebih memilih memasarkan makanan asing ketimbang pangan lokal.
“Kebanyakan tamu yang mengunjungi Labuan Bajo kesulitan mendapatkan makanan kas NTT,” katanya.
Kondisi ini, menurut dia, karena ada upaya yang ia sebut Italianisasi oleh oknum pengusaha, istilah yang merujuk pada upaya mengikuti gaya makanan Italia. “Kita sedang digiring untuk meninggalkan panganan lokal,” kata Stanis.
Menurutnya, ia memilih menjual menu bose karena merupakan makanan kas masyarakat NTT.
“Selama ini makanan bose sudah diabaikan oleh masyarakat kita, sementara wisatawan sangat mengharapkan makanan lokal ketika mendatangi Labuan Bajo,” ujar master dive itu.
Meski berbagai jenis restoran sudah menjamur di Labuan Bajo, Stanis optimis, Depo Dapur Kota menjadi pilihan wisatan.
“Apalagi di Labuan Bajo sendiri tidak ada pribumi yang membuka usaha kuliner semacam ini, cenderung memilih makanan kas Eropa atau makanan lainnya,” katanya.
“Pola ini harus kita ubah, sebab jika bukan kita pribumi yang menjaga kelestarian makanan khas, siapa lagi,” lanjutnya.
Ia juga mengajak masyarakat Mabar untuk ikut bersama-sama melestarikan pangan lokal.
“Ayo silakan membuka usaha yang sama, agar daerah ini semakin dikenal dengan kearifaannya,” ungkapnya.
Stanis berharap, usahanya dapat membantu para petani, misalnya pertani jagung. “Dengan adanya warung ini, membuka peluang bagi petani untuk memasarkan jagung. Jika ada persediaan jagung di wilayah Manggarai, silakan mendatangi dapur kita,” katanya.
Untuk saat ini, jelas dia, persediaan jagung sudah cukup untuk kebutuhan tiga bulan.
Acara launching Depo Dapur Kota dipimpin oleh sesepuh Mabar, Matheus Hamsi.
Dalam sambutannya, ia memberi apresiasi dan berharap Pemda juga DPRD ikut mendorong masyarakat membuka usaha pangan lokal.
“Apalagi ada menu bose, pasti semua orang akan mendatangi rumah makan ini. Inilah makanan kas kita orang Manggarai,” kata Hamsi.
“Saya berharap kepada anggota DPRD Mabar yang hadir malam ini, mendorong pemerintah agar masyarakat Mabar berbondong-bondong membuka usaha pangan lokal, sebab Labuan Bajo merupakan kota destinasi wisata dunia,” ujar Hamsi.
Turut hadir pada acara itu Ketua DPRD Mabar, Belasius Jeramun; Anggota DPRD, Edi Endi; pelaku pariwisata, sejumlah warga kota Labuan Bajo dan para aktivis. (Ferdinand Ambo/ARL/Floresa)