OMK, Tidak Perlu Alergi dengan Politik!

Baca Juga

Cara paling mudah misalnya ambil bagian dalam pemilu. Ikut menyumbangkan suara dan memilih wakil-wakil dan pemimpin rakyat yang benar-benar bisa membangun secara adil.

Teruslah Menabur

Adakalanya OMK merasa bahwa suaranya tidak akan berarti banyak. Karena merasa demikian, kemudian memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Padahal, dengan menggunakan hak pilihnya, OMK tidak hanya menyuarakan haknya tapi juga sekaligus menjalankan tanggung jawabnya kepada masyarakat.

Jika kita seringkali mengkritik dan mendemo berbagai kebobrokan, justru melalui pemilu kita bisa setidaknya membuat awal yang baru dengan menyaring dan mengawal wakil-wakil pilihan kita.

Anggaran yang diajukan oleh KPU untuk pemilu 2009 mencapai 49,7 trilyun. Dana tersebut tentunya diambil dari pajak kita sebagai warga negara.

Apalagi bila pemilu tidak berjalan dengan lancar sehingga harus diulang (ingat pilkada di Jawa Timur, kisruhnya pemilu legislatif di Papua), anggaran tentu akan membengkak. Yang dirugikan tentu saja rakyat.

Selain uang pajaknya dihabiskan untuk memenuhi ambisi politik perorangan atau kelompok tertentu, waktu yang digunakan untuk turut menyukseskan pemilihan umum menjadi sia-sia.

Alih-alih mengadakan demo-demo yang aspirasinya jarang sampai sasaran, OMK diharapkan turut menyukseskan pemilu. Jika dulu OMK hanya bisa mengkritik kebisuan dan ketulian para politisi kotor, inilah saatnya OMK bangun dari kebisuan dan ketuliannya terhadap tanggung jawab dan haknya di masyarakat. Dengan demikan, OMK turut menyelenggarakan bonum commune.

Teruslah Memupuk

Seringkali kegiatan yang dilakukan orang muda Katolik dilakukan seputar altar. Namun, kegiatan sosial dan politik kurang mendapat tempat. Jarang ada aktivitas bagi orang muda Katolik yang mengarahkan mereka pada peran dan tanggungjawabnya dalam tata dunia. Padahal, pendampingan yang berlanjut penting untuk dilakukan.

Pendampingan kaum muda yang ada selama ini, membuat kita selalu apriori pada kegiatan pendampingan kaum muda yang serius. Apalagi pendampingan yang membahas mengenai pengorganisasian sebagai upaya politisasi (kembali) kaum muda dan Gereja. Agak aneh bila Gereja ingin kaum mudanya bergerak, tanpa melakukan pengorganisasian.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini