Jurnalis di Manggarai Timur Jadi Tersangka Kasus Penganiayaan, Bakal Ditahan Setelah Pemeriksaan Lanjutan

Polisi juga tengah memproses laporan balik terkait pencemaran nama baik

Floresa.co – Polisi di Manggarai Timur telah menetapkan tersangka seorang jurnalis sekaligus pemimpin perusahaan media terkait kasus penganiayaan terhadap sesama jurnalis, menyebut penahanan akan dilakukan usai pemeriksaan lanjutan dalam pekan ini.

Adrianus ‘Andre’ Kornasen, pemimpin media Flores Editorial, dan adiknya Yohanes Jehaman Kornasen menjadi tersangka setelah menganiaya Firman Jaya, jurnalis Detiknet.id pada 31 Maret malam. 

Firman yang dalam keadaan mata kanan bercucuran darah langsung melapor kasus ini ke Polres Manggarai Timur tak lama setelah kejadian malam itu.

Berbicara kepada Floresa pada 6 April, Firman berkata ia mendapat informasi penetapan tersangka  Andre dan Yohanes lewat Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan [SP2HP] dari polisi pada 5 April malam.

Kapolres Manggarai Timur, AKBP Suryanto mengonfirmasi kepada Floresa pada 6 April perihal penetapan tersangka itu.

Ia berkata, tiga hari setelah penetapan tersangka tersebut, sesuai “aturan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana” Andre dan Yohanes kembali memberikan keterangan untuk “diperiksa sebentar” dan “setelah itu secara aturannya bisa ditahan.”

“Hari Selasa kita panggil,” katanya merujuk tanggal 8 April, “sudah kita bikin undangannya, sudah kita sampaikan ke keluarga [tersangka] juga.” 

Setelah penahanan, kata Suryanto, polisi kembali melakukan penyidikan, hal yang disebutnya sebagai “proses panjang” hingga pelimpahan ke kejaksaan setelah berkas-berkas dinyatakan lengkap atau P21.

“Dari awal kami sudah serius [menangani kasus ini],” lanjutnya.

Ia menjelaskan, usai pelaporan oleh Firman pada 31 Maret, polisi langsung melakukan penyelidikan dengan pengambilan visum korban, olah tempat kejadian perkara dan memanggil para saksi untuk klarifikasi.

Selanjutnya, gelar perkara dilakukan pada 1 April malam “untuk menaikkan proses ini ke penyidikan.” 

Penyidikan yang dimulai pada 2 April, kata Suryanto, diikuti dengan gelar perkara untuk penetapan tersangka pada 4 April, dan sehari kemudian “kami buat surat panggilan pemeriksaan sebagai tersangka.”

Terkait penetapan tersangka Andre dan Yohanes, Firman mengapresiasi Polres Manggarai Timur yang disebutnya “sudah bekerja keras memproses kasus ini.”

“Semoga ini jadi pelajaran ke depan agar tidak ada lagi kasus kekerasan seperti yang saya alami,” katanya.

Laporan Balik 

Suryanto berkata, selain menangani kasus penganiayaan tersebut, polisi juga tengah menyelidiki laporan balik oleh Andre terhadap Firman terkait pencemaran nama melalui media sosial Facebook.

Laporan itu, katanya, diajukan pada 1 April dengan “terlapor Firman.” 

“Itu juga kita proses di Unit Tipidter,” katanya merujuk Unit Tindak Pidana Tertentu.

Terkait kasus itu, kata dia, Firman akan dipanggil untuk klarifikasi pada Senin, 7 April.

“Nanti kita juga akan panggil ahli” untuk penyelidikan.

Akun ‘Rugha Boto’

Laporan balik itu terkait komentar oleh akun Facebook Rugha Boto, yang menurut Andre adalah milik Firman. Rugha Boto merupakan kata dalam bahasa lokal di Manggarai Timur yang diasosiasikan dengan mandul.

Andre menyebut akun itu menyerang diri, keluarga dan anaknya.

Andre mengaku mengantongi bukti yang cukup dan “yakin bahwa pemilik akun Rugha Boto adalah Firman Jaya.”

Dalam pernyataan pada 1 April, Andre mengklaim makin yakin bahwa Firman berada di balik akun itu karena saat penyerangan Firman berteriak bahwa “bukan saya yang punya akun Facebook itu.”

“Saya sempat tanya, kenapa kamu omong akun Facebook, sementara kamu belum tahu tujuan kami datang ke kos kamu. Saya anggap itu jadi sebuah pengakuan,” katanya.

Dalam salah satu gambar tangkapan layar yang diperoleh Floresa, akun itu menulis di unggahan Andre untuk tidak percaya kepadanya, disertai makian dalam Bahasa Manggarai.

Akun itu juga mengklaim bahwa “kami di Manggarai Timur sudah tidak percaya lagi dengan Flores Editorial.

Firman berkata kepada Floresa pada 2 April bahwa ia bukan pemilik akun itu.

“Saya sangat mendukung kalau Andre melaporkan akun palsu Rugha Boto,” katanya.

Ia pun menyebut pelaporan itu penting “biar nanti terungkap pemilik akun palsu itu.”

Saling Sindir di Facebook Jadi Pemicu

Sebelum peristiwa pada 31 Maret, Andre dan Firman juga mengunggah tulisan di Facebook, yang diduga jadi pemicu penyerangan.

Dalam tulisannya di Grup Facebook “Matim Bebas Berpendapat” pada 30 Maret, Andre mengkritik cara kerja jurnalis.

Ia menyebut ada jurnalis “yang kerjaannya cuma nulis berita setengah-setengah. Isinya panas di awal, bikin heboh, tapi ending-nya? Gak jelas! Begitu ada celah buat nego, tiba-tiba beritanya menguap entah ke mana.”

“Biasanya modusnya gini: nulis berita yang agak ‘menggigit’, nyinggung pihak tertentu, terus nunggu reaksi. Kalau yang diserang diem aja, lanjut cari korban lain. Tapi kalau ada yang gerah dan mau ‘bicara baik-baik’, ya tinggal rem tangan. Bisa jadi berita itu lenyap, atau malah berubah nada,” tulis Andre.

Beberapa jam setelahnya, via akun Facebook pribadinya, Firman Jaya mengunggah tulisan yang menyatakan, “hati-hati dengan trik Rugha Boto.” Ia tidak merinci kepada siapa julukan itu. 

Dalam tulisannya, Firman mempersoalkan tindakan jurnalis itu yang ia sebut “sering menyerang wartawan di Matim?”

“Padahal, ia juga pernah bekerja sebagai wartawan. Alasannya sederhana: dia kemarin kan masuk dalam tim sukses Paket Akur,” tulisnya. Akur merujuk pada pasangan Andreas Agas-Tarsisius Syukur yang memenangi Pilkada Matim tahun lalu.

Firman mengklaim berdasarkan informasi yang dia peroleh, jurnalis itu tidak diperhitungkan di Tim Akur.

“Selain karena tidak memiliki basis massa, ia juga tidak memberikan kontribusi dengan Paket Akur. Dia tahu bahwa ia tidak mampu mendatangkan massa. Bahkan, anak saja tidak ada, apalagi mau datangkan masa. Oknum ini bisa dibilang mandul. Mandul dalam berpikir,” tulis Firman.

Ia menyatakan, serangan terhadap sesama jurnalis-kendati tidak dijelaskan secara rinci bentuknya-“adalah pola yang sengaja dibangunnya.”

“Tujuannya adalah agar dirinya terlihat bekerja dan dapat memanfaatkan medianya untuk menepis berita yang disebarkan oleh media lain.”

Ia mengakhiri tulisannya dengan pernyataan: “Begitulah cara kerjanya. Tahu to siapa dia? Di sini saya sebutkan julukannya sebagai Rugha Boto.”

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik mendukung kami, Anda bisa memberi kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

TERKINI

BANYAK DIBACA