Floresa merupakan media independen berbasis di Flores, NTT. Baca selengkapnya tentang kami dengan klik di sini!

Dukung kerja-kerja jurnalistik kami untuk terus melayani kepentingan publik
ReportasePeristiwaTak Ada Jembatan Permanen, Warga di Lamba Leda Menyeberang Lewat Jembatan Bambu

Tak Ada Jembatan Permanen, Warga di Lamba Leda Menyeberang Lewat Jembatan Bambu

Seorang warga menyeberang di Sungai Wae Laing lewat jembatan bambu (Foto: Ardy Abba/Floresa)
Seorang warga menyeberang di Sungai Wae Laing lewat jembatan bambu (Foto: Ardy Abba/Floresa)

Benteng Jawa, Floresa.co – Musim hujan kini sudah tiba, debit air di sejumlah sungai di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Nusa Tenggara Timur (NTT) pun meningkat. Salah satunya Sungai Wae Laing di Kampung Lompong, Desa Golo Lembur, Kecamatan Lamba Leda.

Lantaran tidak dibangunnya jembatan Wae Laing oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Matim, warga setempat terpaksa membuat jembatan dari susunan beberapa bambu panjang, agar bisa melewati sungai itu saat musim hujan.

Sungai Wae Laing membelah ruas jalan utama penghubung Benteng Jawa menuju Lamba Leda Timur dan Kecamatan Sambi Rampas.

“Kalau banjir pak, terpaksa kami harus lewat di jembatan bambu ini. Jalannya pelan-pelan saja jangan sampai jatuh karena bambunya licin,” kata Rius Rampung seorang warga asal Lompong saat dijumpai Floresa.co di Wae Laing, Jumat (02/01/14).

Kata Rius, jembatan Wae Laing sangatlah penting sebab ada beberapa siswa  asal Lompong yang sekolah do SMP Satu Atap Lengko Tegol dan tiap hari melintasi Sungai Wae Laing. Anak-anak sekolah, jelasnya, berjalan kaki dari kampung itu dengan jarak dua kilo meter menuju sekolah itu.

“Kami terpaksa membuat jembatan bambu ini agar anak-anak sekolah bisa ke sekolah setiap musim hujan. Jika banjir, sungai Wae Laing sangat besar,” ungkap Rius.

Sebenarnya, pemerintah daerah sudah merintis pembangunan jembatan permanen. Ini terlihat dari adanya fondasi utama setinggi kurang lebih tujuh meter. Dua fundasi itu dibangun pada tahun 2007, saat Manggarai Timur belum dimekarkan dari kabupaten induk, Manggarai.

Namun, pantauan Floresa.co, dua fundasi itu sudah diselimuti lumut tebal dan sudah mulai keropos.

Beberapa warga yang enggan menyebutkan namanya mengaku, beberapa kali mereka mengusulkan agar pengerjaan jembatan itu kembali dilanjutkan, namun belum direspon pemerintah.

Daerah Lamba Leda Timur, sebut mereka, merupakan salah satu daerah penghasil komoditi terbesar di kecamatan itu.

Warga mengalami kesulitan melintas menjual hasil-hasil komoditi mereka saat musim hujan ke Benteng Jawa, sebab jembatan Wae Laing tak kunjung dibangun.

“Kami sangat mengharapkan agar pemerintah segera mengerjakan jembatan Wae Laing ini,” sebut mereka.

Hingga berita ini diturunkan pihak DPRD Matim dan pemerintah belum berhasil dihubungi untuk meminta tanggapan terkait keluhan dan harapan warga.(PTD/Floresa)

DUKUNG KAMI

Terima kasih telah membaca artikel kami.

Floresa adalah media independen. Setiap laporan kami lahir dari kerja keras rekan-rekan reporter dan editor yang terus berupaya merawat komitmen agar jurnalisme melayani kepentingan publik.

Kami menggalang dukungan publik, bagian dari cara untuk terus bertahan dan menjaga independensi.

Cara salurkan bantuan bisa dicek pada tautan ini: https://floresa.co/dukung-kami

Terima kasih untuk kawan-kawan yang telah mendukung kami.

Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

TERKINI

BANYAK DIBACA