Kisah-Kisah Inspiratif Tentang Gaspar Ehok

Baca Juga

Bupati yang Meretas Kembali Hubungan dengan Pers

Manggarai di era pemerintahan sebelumnya cukup tertutup dengan pers terutama dengan Tabloid Mingguan DIAN. Ini terjadi karena DIAN pada era itu sangat gencar memberitakan persoalan-persoalan pembangunan yang ada Manggarai secara intens.

Kasus besar yang pernah menjadi sorotan utama waktu itu adalah masalah pembabatan hutan Ranamese. Padahal waktu itu, DIAN memiliki jaringan berita yang bagus dengan Humas-humas Pemda Kabupaten. Ketika masa Bupati Ehok, wartawan diajak untuk jalan ke kampung-kampung mengikuti turbanya.

Saya beberapa kali ikut perjalanannya dibawah koordinasi staf Humas (waktu itu saya kenal baik Pak Fansy Jahang). Wartawan bahkan disediakan kendaraan khusus, satu jeep atau hardtop (maklum wartawan waktu itu belum punya kendaraan sendiri).

Beliau pernah katakan kepada kami, “Kamu tulis apa adanya tentang Manggarai ya… tulis yang baik dan buruk. Kalau jalan buruk tulis itu… biar pemerintah pusat tahu…”

Suatu kali saya menulis masalah judi sabung ayam di sekitar Leda yang melibatkan oknum aparat kepolisian dan aparat pemkab. Mengingat beritanya beresiko untuk keamanan saya maka saya menggunakan nama samaran. Beliau tahu bahwa itu pasti dari saya. Ketika bertemu di Puslat Aloysius waktu peresmian oleh Gubernur Musakabe di tahun 1994, beliau langsung tegur saya, “Kamu tulis jangan pakai nama samaran ya… Kenapa kamu takut? Saya malah berterima kasih karena kamu omong tentang saya punya bawahan yang tidak becus”.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini