Floresa merupakan media independen berbasis di Flores, NTT. Baca selengkapnya tentang kami dengan klik di sini!

Dukung kerja-kerja jurnalistik kami untuk terus melayani kepentingan publik

Ajaran Paus Fransiskus Jadi Referensi Gereja Jika Ingin Tetap Hadir Signifikan di Tengah Dunia: Testimoni Umat Katolik di NTT

Paus asal Argentina itu dikenang sebagai pembaharu, pejuang feminisme dan teladan keberpihakan pada orang-orang terpinggirkan

Floresa.co – Kabar meninggalnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia pada 21 April menyisakan duka mendalam bagi seluruh umat Katolik, tak terkecuali di NTT, provinsi mayoritas Katolik.

Paus Fransiskus meninggal di kediamannya di Casa Santa Marta dalam usia 88 tahun.

Informasi terbaru dari Vatikan menyebut pemakamannya yang akan diadakan secara sederhana sesuai wasiatnya sendiri akan berlangsung pada 26 April.

Paus dari Pinggiran

Bagi Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, Paus Fransiskus adalah “sosok yang menghidupkan iman lewat keteladanan dan menjembatani batas-batas kemanusiaan dengan kasih.”

Dalam opininya berjudul “Melacak Warisan Paus Fransiskus” yang terbit di Media Indonesia pada 22 April, Maksimus menyebut paus itu sebagai “pemimpin rohani yang langka”, yang “menolak simbol-simbol kemegahan yang menciptakan jarak.”

“Ia memilih jalan yang rendah hati, hidup sederhana, berbicara lugas, dan hadir tanpa prasangka.”

Maksimus juga mengapresiasi khusus sikap paus yang “bersuara bagi buruh migran, korban perdagangan manusia, pengungsi dan komunitas adat.”

Hendrik Masur, seorang awam Katolik asal Flores berkata, kesederhanaan adalah satu dari banyak hal yang patut diteladani dari Paus Fransiskus, “khususnya oleh para imam dan pejabat gereja.”

“Dengan memilih gaya hidup yang jauh dari kemewahan, Bapa Suci menunjukkan bahwa kekuatan Gereja terletak bukan pada simbol-simbol duniawi, tetapi pada kasih dan kerendahan hati serta kedekatan dengan umat,” kata Hendrik pada 23 April.

Ia mengambil contoh pilihan paus menginap di Kantor Kedutaan Besar Vatikan dan menggunakan mobil biasa saat berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024.

“Hal ini mengingatkan para imam akan panggilan mereka untuk menjadi gembala yang sederhana, peka konteks dan tidak mengejar akumulasi materi,” kata Hendrik yang kini tinggal di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.

“Kalau Paus Fransiskus hanya menggunakan mobil merk Innova, para pastor tidak perlu bergaya dengan Fortuner atau Pajero,” katanya, menyebut merek mobil lain yang harganya lebih mahal sekitar dua kali lipat. 

Hendrik juga mengingatkan imamat para pastor “bukan merupakan sesuatu yang instrumental yang dimanfaatkan untuk akumulasi materi dan kemewahan.”

“Kesaksian hidup paus mengajak semua pelayan Gereja untuk kembali pada semangat Injil yang murni—hidup bersahaja demi menghadirkan wajah Kristus yang penuh cinta dan belas kasih,” katanya.

Sementara Pater Ve Nahak, SVD, dosen Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero, berkata, hidup pada zaman yang sama dengan masa kepemimpinan Paus Fransiskus merupakan suatu keberuntungan, karena dia adalah “sosok yang selalu berusaha merumuskan teologinya dengan kaca mata orang kecil”. 

Paus Fransiskus, katanya kepada Floresa pada 22 April, adalah seorang reformator yang membawa gereja untuk melihat keluar, dan mengenali dunia yang sedang berubah dengan disrupsi teknologi dan informasi. 

Menurutnya, beberapa ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus, misalnya Fratelli Tutti, adalah ajaran yang mengajak umat Katolik untuk “menjadi manusia yang terlibat dan yang menyentuh realitas konkret.”

Hal yang paling mengena, kata Pater Ve, adalah ungkapan paus itu saat terpilih pada 2013, yakni “sekarang Anda memiliki seorang paus dari ujung dunia”. 

Ini adalah ungkapan yang menyatakan visi dan keberpihakan Paus, katanya, bahwa Paus datang dari latar belakang wilayah yang tidak dominan atau “periferi.”

Hal ini yang menjadikan seluruh karya pastoral paus adalah “perjuangan untuk berada bersama mereka yang kecil dan terabaikan” 

Romo Benediktus Denar, dosen di Sekolah Tinggi Pastoral St. Sirilus, Keuskupan Ruteng berkata meninggalnya Paus Fransiskus membuat “Gereja Katolik kehilangan sosok gembala yang seluruh cara berada dan ajarannya sangat mendekati cara hidup dan ajaran Yesus Kristus sendiri, sebagaimana tertulis dalam Injil.”

“Renungan-renungan dan dokumen-dokumen Gereja yang dikeluarkan Paus Fransiskus sangat menggugah dan sangat menyentuh persoalan-persoalan riil umat manusia dewasa ini, seperti masalah lingkungan hidup, kemiskinan, dan peminggiran masyarakat adat,” katanya.

Karena itu, menurut Benediktus, meskipun Paus Fransiskus telah tiada, pilihan sikapnya menjadi teladan dan referensi “jika Gereja ingin tetap hadir secara relevan dan signifikan di tengah dunia.”

Sementara, Andreas Baha Ledjap, umat Keuskupan Larantuka yang tinggal di Pulau Lembata melihat misi Paus Fransiskus sebagai misi memuliakan orang-orang kecil yang terpinggirkan secara struktural, sosial, budaya dan ekonomi.

“Saya melihat itu dalam seluruh tugas kegembalaannya selama 12 tahun sebagai paus,” kata Ance, sapaannya.

Ance menyebut misi Paus Fransiskus itu di antaranya mengubah cara pandang Gereja terhadap orang-orang kecil. 

“Pernyataan ‘Gereja harus bau seperti domba’ amat populer dan telah mengubah pola pelayanan para imam kepada umat selama ini,” kata Ance.

Paus Feminis

Fransiska Widyawati, akademisi dari Universitas Katolik St. Paulus Ruteng mengenang Paus Fransiskus sebagai “pemimpin yang luar biasa” dan “teladan Gereja yang sederhana yang berpihak pada kebenaran, kebaikan dan keadilan.”

Berbicara kepada Floresa pada 22 April, Fransiska memuji sikap paus yang mencinta orang-orang menderita dan terpinggirkan.

Ia secara khusus mengapresiasi warisan Paus Fransiskus dalam hal keberpihakannya pada kaum perempuan. Salah satunya dengan memberikan posisi penting bagi perempuan di dalam Gereja. 

“Bolehlah ia disebut sebagai paus yang paling feminis,” katanya.

Fransiska menyebut beberapa contoh “yang sangat historikal” yang menunjukkan keberpihakan paus untuk memberi ruang yang lebih besar bagi perempuan dalam Gereja.

Misalnya, pengangkatan Suster Raffaela Petrini menjadi President of the Pontifical Commission for Vatican City State and President of the Governorate of Vatican City State sejak Maret 2025. 

President of the Pontifical Commission for Vatican State adalah pemimpin Komisi Kepausan untuk Negara Vatikan, sebuah badan legislatif, sementara President of the Governorate of Vatican State adalah kepala pemerintahan Vatikan yang mendapat delegasi eksekutif dari paus.

“Ini adalah yang pertama di dalam sejarah, di mana posisi tertinggi dalam bidang ini dipegang oleh seorang perempuan,” kata Fransiska.

Petrini yang merupakan biarawati dari kongregasi Fransiscan Sisters of Eucharist sebelumnya diangkat sebagai Secretary General of the Governorate of Vatican City State, “juga sesuatu yang sama sekali baru dalam Gereja Katolik.”

Biarawati lainnya yang diberi posisi penting oleh Paus Fransiskus pada Januari 2025, kata Fransiska, adalah Suster Simona Brambilla dari Kongregasi Missionaries of Consolation sebagai Prefect of the Dicastery for Institutes of Consecrated Life and Society of Apostolic Life.

“Dia juga menjadi perempuan pertama dalam sejarah yang memimpin satu departemen besar di Vatikan,” katanya.

Contoh lainnya yang disebut Fransiska adalah pengangkatan Nathalie Becquart, perempuan pertama sebagai Undersecretary of Synods of Bishops pada 2021. 

“Setahun setelah itu, ia juga mengangkat beberapa perempuan di posisi Dicastery for Bishops, memberi mereka peran dalam pemilihan uskup-uskup baru,” lanjutnya.

Fransiska juga menyebut langkah paus yang mengundang 54 perempuan ikut dalam Sinode Para Uskup tahun 2024, hal yang dinilai membuat “Gereja semakin mendengarkan suara perempuan.”

Contoh lainnya adalah pengangkatan Barbara Jatta, seorang perempuan awam sebagai Direktur Museum Vatikan pada 2017, “sebuah jabatan awam tertinggi di bidang ini.”

“Sejak Fransiskus menjadi paus, ada penambahan sampai 26% jumlah perempuan bekerja di lingkungan Vatikan,” katanya.

Dengan berbagai gebrakan tersebut, Fransiska berharap gereja-gereja lokal di seluruh dunia, termasuk Indonesia turut tertular semangat Paus Fransiskus.

“Walaupun masih ada yang belum puas, misalnya berkaitan dengan tahbisan perempuan di dalam Gereja, bagaimanapun Paus Fransiskus sudah memulai dengan gerakan yang luar biasa,” katanya.

“Semoga paus berikut sejalan dengan Paus Fransiskus atau lebih progresif lagi dalam isu kesetaraan kepemimpinan di dalam Gereja,” tambahnya.

Paus Pembaharu yang Peduli Ekologi dan Keberagaman

Bagi Romo Firminus Doi Koban, Koordinator Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Keuskupan Larantuka, salah satu warisan penting Paus Fransiskus adalah “sikap progresif yang membuat Gereja tidak lagi bertele-tele dengan aturan perkawinan.”

Romo Firmin menyoroti khusus pembaharuan hukum perkawinan Katolik, khususnya tentang pembatalan sakramen itu. 

Ia merujuk pada pada pedoman Mitis Iudex Dominus Iesus (Tuhan Yesus, Hakim Lembut) yang diluncurkan pada 2015.

Dalam pedoman itu,  Paus Fransiskus memberikan wewenang kepada para uskup di seluruh dunia untuk mengadili sendiri dan dengan cepat permintaan pembatalan perkawinan. 

Paus Fransiskus, kata Romo Firmin, juga meminta para uskup untuk memberikan bantuan lebih bagi pasangan yang bercerai, meskipun ia juga senantiasa menegaskan pandangan tradisional Gereja Katolik mengenai kelanggengan pernikahan.

“Dulu harus dengar keputusan dari Roma dan biasanya lama. Sekarang Tribunal Keuskupan bisa menyidangkan dan memutuskan lebih cepat,” kata Romo Firmin kepada Floresa pada 21 April.

Selain itu, katanya, pembaharuan lain dari Paus Fransiskus tampak melalui perhatiannya pada perubahan iklim global yang diungkapkannya dalam ensiklik Laudato Si pada tahun 2015. 

“Ensiklik ini menekankan bahwa bumi adalah rumah kita bersama dan kita semua bertanggung jawab untuk merawatnya,” kata Romo Firmin.

Romo Firmin adalah imam Keuskupan Larantuka yang bertugas di Kevikepan Lembata yang bersama warga Desa Atakore gencar menolak pembangunan geotermal di wilayah tersebut.

Komitmen Paus Fransiskus pada ekologi juga dipuji Hendrik Masur, yang menyebut Laudato Si sebagai dokumen monumental.

Dokumen itu, katanya, “menjadi panggilan profetik bagi kita umat Katolik untuk melihat keterkaitan erat antara kerusakan lingkungan dan dan hasrat akumulasi materi.”

“Sangat jelas bahwa kerusakan bumi adalah akibat nyata dari keserakahan manusia yang menempatkan kepemilikan di atas keberlanjutan,” katanya.

Ia menambahkan, “Paus Fransiskus mengajak kita, khususnya umat Katolik, untuk melakukan ‘tobat ekologis’—mengembangkan spiritualitas kesederhanaan, berbagi, dan merawat ciptaan sebagai bentuk konkret cinta terhadap sesama dan Tuhan.”

Hendrik juga menyebut kecenderungan Gereja bersekutu dengan korporasi dalam merusak alam atau menguasai laut secara serampangan sebagai “hal yang memalukan.”

Hal itu, kata dia, misalnya terjadi di Labuan Bajo, di mana hotel yang berafiliasi dengan Konferensi Waligereja Indonesia terlibat dalam privatisasi pantai dan ruang laut, hal yang kini mendapat protes keras publik dan aktivis lingkungan.

Sementara Tino Mbagur, kaum muda asal Paroki St. Paulus Mano, Keuskupan Ruteng menyoroti khusus rekam jejak paus ke-266 dalam Gereja Katolik itu yang “tampak sangat peduli pada keberagaman agama.”

Tino berkata, sikap Paus Fransiskus yang menjalin relasi erat dengan umat beragama lain membuatnya layak disebut pahlawan pluralisme, termasuk dengan memilih mengunjungi Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar pada September tahun lalu.

“Upaya menyuarakan dan menjaga keharmonisan antarumat beragama di Indonesia sudah tentu menjadi tugas kita sebagai anak muda guna menindaklanjuti pesan dan teladan toleransi yang dilakukan Paus Fransiskus,” katanya.

Tino berharap kaum muda di NTT juga terus membuka ruang dialog antaragama “dalam rangka menjaga ko-eksistensi, mengingat kondisi masyarakat NTT yang beragam.”

Adrian Naur, Dominiko Djaga dan Anno Susabun berkontribusi dalam laporan ini

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik mendukung kami, Anda bisa memberi kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di Grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini atau di Channel WhatsApp dengan klik di sini.

BACA JUGA

TERKINI

BANYAK DIBACA