TNI dan Polisi Fasilitasi Pertemuan, Warga di Perbatasan Matim dan Ngada Tetap Bersitegang

Baca Juga

Kades Jemarang pun menghimbau agar warga desa Sambi Nasi Barat segera menghentikan aksi pencaplokan atas tanah itu.

Menanggapi hal tersebut, Yusuf, Kades Sambi Nasi Barat menegaskan, apa pun alasannya ia dan warganya tetap bekerja di kawasan Bensur.

“Saya didesak masyarakat Sambi Nasi Barat agar dataran Bensur ini segera dibagi dan dikerjakan. Kami datang dengan tekad yang bulat untuk membagi dan mengelolah tanah suku Bar yang ada di Bensur,” tegas Yusuf.

Dikatakan, pihak Yusuf tidak akan pernah mau ditipu lagi seperti tanah yang di translok yang awalnya diperuntukan untuk suku Bar, namun dibagi kepada warga pendatang.

Setelah pertemuan yang berujung ketidak sepakatan tersebut, pukul 11.20 Wita warga desa Sambi Nasi Barat dan Golo Lijun sempat terjadi baku kejar dengan menggunakan parang. Beruntung aksi tersebut sembat diredam oleh pihak keamanan.

Selanjutnya, pukul 19.30 Wita Petrus Tato, camat Elar dan Rombongan tiba di lokasi dataran Bensur.

Petrus mengharapkan, pemerintah kabupaten Matim dan Ngada hendaknya tidak pasif dan menyelesaikan konflik ini.

Ia juga menghimbau kepada warga desa Golo Lijun agar tetap mempertahankan dataran Bensur sesuai regulasi yang ada, sebab masuk dalam wilayah administrasi kabupaten Matim.

Sementara itu, Sertu Frans Suban Raya, Babinsa Golo Lijun mengaku, situasi di daerah itu tidak lagi kondusif.

“Karena terjadi kejar mengejar antara kedua belah pihak serta adanya ancaman dari Kades Sambi Nasi Barat terhadap warga dusun Bawe, Desa Golo Lijun,” kata Frans.

Ia pun mengharapkan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, komando atas segera berkordinasi dengan pemerintah Ngada dan Matim segera menyelesaikan persoalan dengan mengedepankan asas kemanusian. (Ardy Abba/PTD/Floresa).

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini