Romo Frans Amanue Pr: Konsisten Sebagai Pencari Kebenaran

Baca Juga

Mereka memasuki gedung pengadilan, mengobrak-abrik AC, komputer, dokumen pengadilan, meja dan mesin tik, yang kemudian mereka hancurkan dan membakar kantor pengadilan serta kejaksaan.

Usai peristiwa itu, nama Romo Frans, tidak terlalu nyaring lagi. Itu bukan karena ia meninggalkan pilihannya untuk melawan berbagai kebobrokan. Namun, ia setia dalam tugasnya yang baru di paroki-paroki yang terpencil di keuskupan.

Selama beberapa tahun terakhir, namanya kembali ramai di media massa, saat ia membantu advokasi kasus kematian Laurens Wadu, warga Lembata yang ditemukan tidak bernyawa di kebunnya pada 2013.

Banyak pihak yang menuding bahwa ada “orang kuat” di balik kasus kematian Laurens. Romo Frans sangat aktif dalam perjuangan mengungkap pelaku dan dalang pembunuhan ini. Kini, proses hukum kasus ini, masih terus berlanjut.

Pencari Kebenaran

Cerita-cerita itu berhasil dicacat oleh Romo Frans selama menjalani panggilannya sebagai imam.

Dan, kenangan tentangnya, tentu membekas, usai ia menghembuskan nafas terakhir pada 26 Maret 2016 lalu, di usia 71 tahun, saat semua umat Katolik sedang dalam suasana Tri Hari Suci.

Ia dimakamkan di Larantuka pada 29 Maret, usai digelar Misa pelepasan jenazah di Katedral Reinha Rosari yang diikuti sekitar 4.000 orang.

Lahir di Adonara, Flores Timur, pada 17 November 1944, Romo Frans ditahbiskan menjadi imam pada 16 Juni 1974, di Adonara, dan kemudian ditugaskan sebagai pastor paroki di Kabupaten Alor.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini