Mengapa “Surga” Laku di Pagal?

Baca Juga

Mendengar khotbah di gereja, sejenak umat melupakan masalah-masalah mereka. Padahal, sekembalinya dari gereja mereka tetap menghadapi getir pahitnya kehidupan, tidak ada yang berubah. Mereka tetap menjadi orang kecil yang terpinggirkan dari banyak segi. Pada titik ini, bagi Marx, agama memabukkan masyarakat, agama semacam candu masyarakat.

Kasus di Pagal bisa disandingkan dengan pikiran Marx bahwa ada yang sembuh sekejab tetapi kambuh lagi sekembalinya di rumah.

Itu artinya, pembuat mukjizat menawarkan surga untuk kenikmatan sesaat saja. Sekembalinya ke rumah orang-orang kecil ini menderita lagi, mereka kembali berjibaku dengan situasi yang membelit.

Para pembuat mukjizat seolah-olah mewartakan kesembuhan padahal hanya memabukkan warga dalam waktu yang singkat.

Kesemuanlah yang mereka lakukan dan tidak memberikan perubahan yang signifikan dalam kehidupan warga. Benar bila pastor di Paroki Pagal menilai peristiwa ini sebagai bentuk komersialisasi spiritual.

Lebih jauh, tawaran surga para pembuat mukjizat itu menciptakan orang-orang kecil yang pragamatis, meraih sesuatu dengan cepat dan gampang. Kesehatan menjadi barang murah, karena ada pengobatan yang cepat saji tanpa biaya yang mahal.

Mental ini menjadikan masyarakat tidak merawat kehidupan ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan budayanya. Toh, ada cara instan untuk memperbaiki semua problem yang ada, pasti ada para pembuat mukjizat.

Pekerjaan Rumah

Orang-orang kecil mudah disusup oleh orang dan gaya hidup yang baru. Keterbelakangan membuat daya kritis mereka tumpul. Tanpa berpikir panjang mereka menerima hal-hal baru asalkan menguntungkan mereka, tapi tidak memkikirkan konsekuensinya. Mereka-mereka inilah yang perlu diperhatikan dan menjadi pekerjaan rumah semua pihak.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini