Seni Berbicara

Baca Juga

Pernahkah kita mendengar ungkapan,  “Mulutmu, harimaumu?” Yah, memang benar adanya. Kadang apa yang kita ucapkan itu  bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.

Banyak perselisihan ataupun konflik hanya karena “salah ngomong”.  Mari sejenak  kita baca yang tertulis dalam Kitab Amsal, “A man finds joy in giving an apt reply and how good is a timely word” – Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya (Ams 15: 23).

Kita menjadi sadar apa yang dikatakan Alkitab bahwa lidah itu bagaikan api, “Mengapa?” Karena perkataan yang keluar dari mulut kita dapat menyulut emosi orang lain, bahkan bisa menghancurkan masa depan orang lain.

Di lain pihak, Dorothy Neil mengatakan bahwa “Seni percakapan yang benar bukan hanya mengatakan hal yang benar pada waktu yang benar, melainkan juga untuk tidak mengatakan hal yang salah dan tidak boleh dikatakan, walau ada kesempatan sekalipun.” Yah benar, berbicara itu adalah suatu seni.

Perkataan adalah  gaun pikiran kita – “Words are the dress our thought”, maka bila pikiran kita indah, maka indah pulalah hidup kita. Seni bicara yang baik dan benar berasal dari hati, hanya hati yang penuh kasih dapat mengeluarkan perkataan yang memberkati dan menyejukkan.

Mari berguru kepada St. Paulus, “Sermo vester semper in gratia sale sit conditus, ut sciatis quomodo oporteat vos unicuique respondere” – Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehinga kamu harus memberi jawab kepada setiap orang (Kol 4: 6).

Akhirnya, “Mari menjadi pendengar yang baik, sebelum berbicara dengan orang lain.” (Romo Markus Marlon MSC)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini