Demam Berdarah di Manggarai Barat Meningkat, Mayoritas Penderita adalah Pelajar

Baca Juga

Floresa – Dinas Kesehatan Manggarai Barat melaporkan terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah (DBD) di kabupaten itu, di mana mayoritas penderita penyakit tersebut adalah pelajar.

Fransiskus Dulla Kurniawan Gibbons, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanganan DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat mengatakan total 349 kasus DBD per 1 Desember, meningkat dari 316 kasus pada 25 November.

Data itu, kata dia, dihimpun dari beberapa rumah sakit, di antaranya RSUD Komodo 16 kasus, Rumah Sakit Siloam 3 kasus, dan PKM Terang 1 kasus. 

“Pasien DBD yang sembuh dari Januari sampai hari ini 327 orang,” katanya kepada Floresa pada 1 Desember.

Ia mengatakan mayoritas kasus DBD terjadi pada pelajar, mulai dari SD, SMP hingga yang SMA. 

Berdasarkan data yang diperoleh sejauh ini, kata dia, tidak ada pasien DBD yang meninggal dunia. 

“Puncaknya DBD terjadi mulai bulan Agustus hingga Desember,” katanya.

Jika dibandingkan dengan data dua tahun sebelumnya, kata dia, kasus DBD tahun ini memang menurun drastis. 

Pada 2021 total  759 kasus di Manggarai Barat, dengan rincian sebanyak 758 orang dinyatakan sembuh dan satu orang meninggal dunia.

Sementara pada 2022, total kasus DBD sejumlah 713, di mana 712 pasien dinyatakan sembuh dan satu meninggal dunia.

Fransiskus mengatakan, hingga saat ini, Dinas Kesehatan terus berupaya melakukan tindakan preventif seperti fogging di tempat-tempat yang terkena dampak serta membagi ABT di setiap keluarga, kos-kosan, dan sekolah.

Selain itu, kata dia, pihaknya telah melakukan sosialisasi di sekolah dan kampanye di setiap Puskesmas terkait bahaya DBD dan pembagian abating.

“DBD bisa dikendalikan dengan perilaku atau gaya hidup sehingga yang menjadi kuncinya adalah menjaga kebersihan lingkungan sekitar,” katanya.

Ia mengatakan ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus DBD seperti menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, memeriksa tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air, menggunakan obat anti nyamuk, Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi yang ada di rumah, melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan secara bersama, meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah untuk dikuras, dan memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.

“Cara mencegah DBD yang dapat kita lakukan di lingkungan sekitar kita dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),” katanya.

Ia mengatakan langkah-langkah ini biasa disebut dengan 3M Plus, yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.

Ia berharap masyarakat selalu berusaha untuk membangun kebiasaan hidup bersih agar  dapat membantu mengurangi dampak DBD.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini