Dewasa Berdemokrasi

Baca Juga

Dobraklah ketidakadilan yang membatu; leburkanlah birokrasi yang beku; bagunkanlah ekonomi rakyat yang layu; patahkahlah dominasi kelas elite yang kaku.

Pemimpin terpilih tidak berlama-lama bernostalgia akan kemenangananya. Rakyat butuh ke-segera-an kerja. “Kerja, kerja, kerja”, kata Jokowi.

Yakinlah rakyat, bahwa mereka tidak salah memilih. Setidaknya, setelah bangunan demokrasi itu terbangun kokoh dalam Pilkada, ada lajur politik etis di haparan mata rakyat.

Atas pilihan rakyat, sejarah memang memperlancar langkah soal kepemimpinan. Bahwa atas dasar kekayaan, pengaruh, familisme dan partai politik tidak lantas mudah seseorang menjadi pemimpin.

Kekuasaan rakyatlah yang menggariskan sejarah kepemimpinan atas seseorang. Dalam Pilkada, rakyat mempertegas hak dan kekuasaannya sebab pemimpin (pemerintah daerah) seringkali lupa memberikan secara sukarela apa yang menjadi hak-hak rakyat: kesejahteraan dan keadilan.

Lalu, di balik cerita prograsif kemenangan, ada juga nostalgia akan pengakuan (recognition) rakyat pada kontestan lain dalam Pilkada.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini