Puluhan Kapal Pesiar yang Angkut Ribuan Wisatawan Asing Hanya Berlabuh di Perairan TN Komodo, Minim Dampak Ekonomi bagi Manggarai Barat

Pemerintah Daerah dan pelaku pariwisata di Labuan Bajo berharap agar kapal pesiar itu bisa bersandar di Pelabuhan Marina Labuan Bajo

Floresa.co – Setiap tahun puluhan kapal pesiar [cruiseship] berbendara asing yang mengangkut ribuan wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Komodo [TN Komodo] di Kabupaten Manggarai Barat.

Namun, kehadiran kapal-kapal ini dinilai tak memberikan dampak bagi perekonomian daerah, karena tidak berlabuh di Labuan Bajo, melainkan langsung di perairan TN Komodo.

Malah, menurut Stefanus Jemsifori, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, “kapal pesiar yang bersandar langsung di wilayah TN Komodo bisa merusak lingkungan, khususnya ekosistem laut.”

Berbicara dengan Floresa pada Rabu, 3 April, Stefanus mengatakan, kapal-kapal pesiar yang membawa ribuan wisatawan itu mestinya bersandar di Pelabuhan Marina, Labuan Bajo, sehingga kehadiran para pelancong berduit ini bisa berdampak bagi ekonomi lokal.

“Kami belum pernah bahas ini. Saya akan sampaikan hal ini segera kepada Pak Bupati,” ujar Stefanus.

Ketua Komisi III DPRD Manggarai Barat, Inocentius Peni  mengatakan DPRD sebenarnya sudah sejak lama mendorong eksekutif  untuk bisa mengarahkan kapal pesiar ke Pelabuhan Marina Labuan Bajo agar bisa memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.

Namun, menurut Peni yang berbicara dengan Floresa pada 3 April, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat “tidak bisa berbuat apa-apa  karena kawasan TN Komodo itu menjadi kewenangan pemerintah pusat.”

“Kami terus mendorong pemerintah daerah untuk terus memperjuangkan agar hal-hal seperti itu bisa diurus oleh pemerintah daerah. Karena itu adalah kepentingan pemerintah daerah,” ujarnya.

Komisi III yang dipimpin Peni diantaranya bermitra dengan Dinas Pariwisata.

Ia juga berharap agar pemerintah pusat membuat kebijakan yang menguntungkan perekonomian daerah, termasuk kebijakan soal pelabuhan singgah untuk kapal pesiar.

Harapan senada juga disampaikan Stefanus Jemsifori.

Ia berkata, meski urusan kapal pesiar ini adalah kewenangan pemerintah pusat, termasuk juga soal TN Komodo, mestinya kebijakan yang dibuat berorientasi pada pertumbuhan ekonomi lokal.

Mengapa Berlabuh di TN Komodo?

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan [KSOP] Kelas III Labuan Bajo, Stephanus Risdiyanto mengungkapkan jumlah kapal pesiar yang berlabuh di TNK tidak menentu.

“Setiap bulannya tidak tentu, kadang 1-2,” ujarnya.

Pada tahun lalu, katanya, 33 kapal kapal pesiar yang berlabuh di TN Komodo, meningkat dari 26 kapal pada tahun sebelumnya.

Kapal-kapal pesiar itu, umumnya berasal dari Darwin, Australia, katanya. 

Tidak hanya ke TN Komodo, kapal-kapal itu juga berlayar ke Bali dan Lombok.

Stephanus menjelaskan, penentuan pelabuhan singgah untuk kapal pesiar merupakan kewenangan pemerintah pusat. 

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pelayanan Kapal Wisata [Yacht] Asing dan Kapal Pesiar [Cruiseship] Asing di Perairan Indonesia, terdapat 10 pelabuhan singgah untuk embarkasi dan atau debarkasi wisatawan kapal pesiar asing. 

Salah satunya memang disebutkan Pelabuhan Labuan Bajo, namun disertai keterangan Pulau Komodo.

Terkait alasan tidak singgah di kota Labuan Bajo, Stephanus menjelaskan, aspek keselamatan kapal menjadi salah satu pertimbangan. 

Kapal-kapal pesiar yang umumnya berukuran besar menjadi pertimbangan KSOP tidak mengarahkannya untuk bersandar di Pelabuhan Marina, katanya.

“Pelabuhan Marina dari segi kelayakan tempat untuk bersandarnya kapal besar belum siap,” katanya.

Meski tidak singgah di Labuan Bajo, Stephanus menolak penilaian bahwa kehadiran kapal-kapal tersebut tidak berdampak bagi perekonomian Manggarai Barat.

Menurut dia, kapal-kapal tersebut tetap memiliki dampak secara ekonomi, terutama bagi pedagang yang ada di TN Komodo.

Stephanus mengatakan, satu kapal pesiar itu memuat sekitar 3.000 wisatawan. 

Namun, tidak semua wisatawan itu keluar dari kapal di pelabuhan singgah.

“Dari tiga ribu penumpang yang ada dalam kapal pesiar itu, hanya setengah dari jumlah itu yang mau turun, ada yang hanya  turun beberapa jam di TN Komodo lalu kembali naik ke kapal,” katanya.

Ia menambahkan, “tidak semua tamu dalam kapal mau ke Labuan Bajo.” 

Terkait masalah lingkungan, Stephanus  mengatakan, sejak bersandarnya kapal pesiar di TN Komodo tidak ada kerusakan lingkungan yang terjadi.

“Aman-aman saja, tidak ada dampak buruk seperti kerusakan lingkungan. Ada petugas yang melakukan pengecekan setiap bulan di sana,” klaimnya.

Apa Kata Pelaku Wisata?

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau ASITA Manggarai Barat, Evodius Gonsomer, mengatakan, bila pemerintah serius memikirkan dampak ekonomi kehadiran kapal pesiar di Labuan Bajo, mestinya ada solusi untuk itu. 

Soal kelayakan Pelabuhan Marina Labuan Bajo untuk menjadi pelabuhan singgah kapal pesiar, menurut Evo, hal tersebut bisa diupayakan oleh pemerintah, termasuk KSOP.

“Butuh keseriusan pemerintah daerah untuk menyiapkan pelabuhan yang  memadai seperti Marina atau tempat lainnya yang memang layak, asalkan memberikan dampak perekonomian masyarakat,” katanya.

Editor: Petrus Dabu

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini