Sosialisasi Pede, Didesain Dula?

Baca Juga

Ia berbicara tanpa mic, namun suaranya tak terdengar ke seluruh ruangan.

“Mic..mic…mana mic…” teriak banyak orang dalam ruangan.  Namun mic tetap tidak ada.

Beberapa aktivis segera mendekati meja gubernur untuk berbicara. Satuan Polisi Pamong Praja berdiri sigap dan menghadang.

Edward Angimoy, salah satu anggota komunitas Bolo Lobo mengatakan, awalnya ia mengira Lebu Raya datang dengan niat baik.

“Juga dengan bupati yang memfasilitasi pertemuan ini dengan niat baik. Tetapi ternyata, untuk pertemuan membahas persoalan sepenting ini, hanya dua jam waktunya. Itu sudah menunjukkan niat tidak baik,” tegasnya.

Sayangnya, semuanya diabaikan. Bupati mengakhiri pertemuan dan beringsut keluar dari ruang pertemuan.

Namun di luar pertemuan, terutama di lobi kantor bupati, para aktivis berdebat satu sama lain. Entah apa yang diperdebatkan. Tampak banyak lelaki bertubuh besar dan kekar berkeliaran di sekitar situ.

“Yang hadir hari ini, banyak juga yang hadir dalam acara pesta syukuran Bupati Dula,” kata seseorang yang tak mau disebutkan namanya.

Malam sebelumnya memang ada perayaan syukur di rumah jabatan Bupati Dula. Acara itu dibuka dengan Misa yang dipimpin Uskup Ruteng Mgr Hubert Leteng dan Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur.

Catatan lain dalam pertemuan kemarin, sepanjang acara berlangsung, pengawalan pihak keamanan sangat kurang dibandingkan pertemuan di bulan Oktober bersama gubernur.

Hanya ada beberapa polisi yang berseragam. Kali lalu, polisi mencapai puluhan. Mereka bersiaga baik di luar maupun dalam ruangan. Namun, berbeda dengan pertemuan kemarin. Kapolres Mabar pun tidak nongol di lokasi. (GA/Ari D/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini