Cuaca Buruk, Otoritas Pelabuhan di Labuan Bajo Tak Beri Izin Berlayar ke Pulau Komodo

Angin kencang dan gelombang tinggi telah menyebabkan Kapal Duta Bahagia yang sedang uji coba setelah perbaikan mesin tenggelam di Perairan Labuan Bajo, 9 Maret

Baca Juga

Floresa.co – Otoritas Pelabuhan di Labuan Bajo, Manggarai Barat tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar [SPB] untuk kapal yang hendak berlayar ke Pulau Komodo, salah satu habitat utama binatang purba Komodo, sekaligus destinasi wisata penting di Labuan Bajo.

“Pelayanan SPB hanya diberikan ke Pulau Rinca,” tulis Stephanus Risdiyanto, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan [KSOP] Kelas III Labuan Bajo dalam pemberitahuan.

Dihubungi Floresa Minggu, 10 Maret, Stephanus menjelaskan alasan SPB ke Pulau Rinca tetap dilayani karena pelayaran “ke Rinca masih relatif aman.”

Ia menjelaskan, pelayaran ke Pulau Rinca yang juga merupakan habitat Komodo, relatif aman diantaranya karena jarak antara pulau itu dengan daratan Flores dekat, dibandingkan ke Pulau Komodo.

Selain pertimbangan jarak, pertimbangan lainnya, kata Stephanus, karena “pola gelombang dan angin” ke Rinca tak seganas di sekitar Pulau Komodo.

Selain masih menerbitkan SPB untuk kapal yang ke Pulau Rinca, Stephanus berkata KSOP juga masih mengizinkan kapal cepat (speed boat) untuk berlayar.

“Kalau kapal pinisi belum bisa karena kemampuan manuvernya terbatas,” ujarnya.

Namun, ia menambahkan kebijakan KSOP ini “akan menyesuaikan prakiraan cuaca dan laporan di lapangan”.

“Karena mungkin ada perubahan-perubahan kedepannya,” ujarnya.

Dalam Pemberitahuan (Notices Mariners) yang diumumkan pada 9 Maret, KSOP meminta kapal-kapal yang berlayar di Perairan Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo selalu memperhatikan kondisi cuaca melalui Pusat Meteorologi Maritim sebelum keberangkatan kapal. 

Selain itu, kapal-kapal juga diminta untuk memberitahu kapal lainnya bila menemukan kondisi cuaca yang semakin memburuk.

“Ada prakiraan cuaca dengan gelombang dan angin kencang yang harus diantisipasi guna keselamatan,” ujar Stephanus kepada Floresa.

Kapal Tenggelam

Pemberitahuan KSOP juga bertepatan dengan kecelakaan kapal di Perairan Labuan Bajo akibat angin kencang dan gelombang.

Kapal Motor [KM] Duta Bahagia yang sedang melakukan uji mesin setelah perbaikan mengalami kecelakaan di antara Pulau Bidadari dan Pulau Seture.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nasional atau Basarnas Maumere – yang wilayah kerjanya hingga Labuan Bajo – menjelaskan KM Duta Bahagia berangkat dari Binongko, Labuan Bajo menuju Pulau Bidadari sekitar pukul 14.00 WIB.

Namun, saat melintasi perairan antara Pulau Bidadari dan Pulau Seture, kapal diterjang angin kencang dan gelombang setinggi dua sampai tiga meter yang menyebabkan kapal kandas dan tenggelam. 

Kapal dengan bobot 19 Gross Tonnage [GT] itu mengangkut empat orang, yang terdiri atas kapten kapal sekaligus pemilik dan tiga orang lainnya.

“Seluruh penumpang mengandalkan pelampung dan jerigen menuju Pulau Sature untuk menyelamatkan diri,” jelas  Kepala Kantor Basarnas Maumere, Supriyanto Ridwan dalam keterangan resmi yang diperoleh Floresa. 

Usai mendapatkan informasi tersebut, Tim  Search And Rescue (SAR) gabungan langsung bergerak menuju lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban menuju Pelabuhan KSOP Labuan Bajo. 

Ridwan mengatakan “seluruh penumpang dalam keadaan lemas saat dilakukan evakuasi”.

Kepala Sie Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli KSOP Labuan Bajo, Maxianus Mooy mengatakan kepada Floresa pada 10 Maret, KM Duta Bahagia yang baru saja melakukan perbaikan mesin melakukan uji coba dari Binongko, Labuan  Bajo ke Pulau Bidadari.

“Dia hanya mutar saja di situ. Lantas mereka itu lego jangkar [berlabuh]. Jadi, bukan tenggelam karena dia berlayar. Lantas jangkarnya larat [hanyut dan tidak menyangkut] saat ada gelombang dan hujan angin. Jadi, hantam karang, pecah [lambung] kapal,” ujar Maxianus.

Maxianus mengatakan, KM Duta Bahagia merupakan kapal open deck milik nelayan “yang sekalian dipakai untuk muat penumpang, tetapi mereka sedang tidak muat penumpang [saat kejadian].”

Meski dipakai untuk penumpang, Maxianus mengklaim, selama ini kapal tersebut tidak dipakai untuk wisatawan yang melakukan perjalanan wisata di perairan Komodo. 

Kasus ini menambah daftar jumlah kecelakaan kapal pada tahun ini di sekitar perairan Labuan Bajo.

Pada 4 Januari, KM Alfatharan kandas di perairan Nanga Bide, Tanjung Batu Putih akibat kebocoran yang terjadi pada lambung kapal usai menabrak karang.

Kapal pinisi ini mengangkut enam penumpang, termasuk lima wisatawan asing asal Belanda dan satu pemandu wisata. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Pada 3 Februari, Kapal wisata Carpediem mengalami kebakaran di perairan antara Pulau Siba dan Pulau Mawan karena karena hubungan arus pendek listrik yang terjadi pada kabin bawah sebelah kanan di belakang kapal.  Kapal wisata itu mengangkut dua turis asal Kanada dan empat kru kapal. Kapal ini berlayar tanpa Surat Persetujuan Berlayar dari Syahbandar.

Dalam catatan Floresa, tahun 2023 setidaknya ada 9 insiden kecelakaan kapal wisata di perairan sekitar Labuan Bajo.

Salah satu insiden yang menyebabkan korban meninggal dunia adalah tenggelamnya KM Kaia di perairan Pulau Mauwang. Kapal ini tenggelam karena dihantam gelombang. Satu wisatawan meninggal dunia dalam kejadian yang terjadi pada 17 Juli 2023 itu.

Laporan ditulis oleh Gabrin Anggur dan Peter Dabu

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini