Beberapa Bulan Usai Dikerjakan, Jalan Kabupaten di Cibal Barat, Manggarai Rusak, Kontraktor Janji Perbaiki Selepas Musim Hujan

Pejabat Pembuat Komitmen sebut kontraktor sudah siapkan material

Baca Juga

Floresa.co – Separuh tahun sejak mulai dibangun, jalan kabupaten di Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai mulai rusak. 

Lajur beraspal sepanjang 500 meter itu membentang pada suatu kelokan di Desa Golo Woi menuju Kampung Meda.

Pada dua foto yang dikirim seorang warga kepada Floresa, tampak jalurnya berlubang di sejumlah bagian. Batu-batu kecil menyeruak pada lubang-lubang itu.

Seorang warga yang lain mengatakan “kondisi terakhir jalan tersebut mulai meresahkan warga.”

Lajur yang mulai rusak itu kerap tergenang air ketika hujan deras,  membuat pengendara berpikir ulang untuk terus atau putar balik.

Melalui Facebook, Jefri Teping, seorang staf di kantor Kecamatan Cibal Barat mengunggah foto yang menggambarkan kondisi terakhir jalan tersebut. 

Dalam unggahan 4 Mei itu, ia menuliskan takarir: “jalan seumur jagung.”

Jefri berkata, biaya pembangunan jalan tersebut sebesar Rp350 juta, bersumber dari Dana Alokasi Umum tahun anggaran 2023.

Jalan tersebut dikerjakan CV Nera Mose, milik Yohanes Asman.

Floresa bertemu Yohanes di Ruteng pada 6 Mei. Ia membenarkan jalan tersebut dikerjakan November tahun lalu.

Terhadap jalur berlubang di jalan itu, ia berkata “sedang dalam pemeliharaan dan segera diperbaiki.”

Ia mengklaim kerusakan dipicu suatu mata air di dekat lajur itu, yang “airnya tumpah hingga ke jalan ketika hujan deras.”

Apalagi “jalan itu berada di jalur yang curam.”

Pemeliharaan, katanya, “baru bisa dilakukan setelah musim hujan berakhir, supaya aspal tak cepat rusak lagi.”

Pembangunan jalan sepanjang 500 meter itu bersumber dari Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran 2023. (Jefri Teping)

Jefri yang berbicara dengan Floresa pada 5 Mei berkata, ia sempat melihat proses pengerjaan jalan. 

Pemadatannya dibantu vibro, alat berat dilengkapi penggetar yang lumrah digunakan dalam proyek konstruksi. 

“Waktu itu saya lihat pekerja pakai vibro berbobot kecil,” kata Jefri, yang sebelumnya bekerja di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Vibro berbobot kecil biasa digunakan dalam perbaikan jalan. 

“Mungkin vibro yang mereka gunakan itu hanya seberat tiga ton bila bergetar. Kalau tidak getar, barangkali hanya dua ton bobotnya,” katanya.

Berkebalikan dengan klaim Jefri, Pejabat Pembuat Komitmen, Melki Muardi menyatakan vibro dalam pengerjaan jalan itu berbobot sekitar 6-8 ton.

“Memang awalnya kontraktor pakai vibro ukuran 5 ton. Karena tidak disetujui, akhirnya dia ganti dengan ukuran 6-8 ton,” kata Melki pada 6 Mei.

Yohanes membenarkan Melki, dengan berkata “vibro sebelumnya yang berbobot lima ton ditolak Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sehingga kami ganti.”

Melki mengaku sudah memanggil Yohanes terkait kerusakan jalan itu. 

“Kontraktor sudah siapkan material. Tunggu musim kering dulu, baru kerjakan perbaikan,” katanya.

Editor: Anastasia Ika

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini