Digotong Menuju Puskesmas, Pasien di Kota Komba, Manggarai Timur Meninggal dalam Perjalanan

Selain harus jalan kaki enam kilometer, warga juga menyeberangi kali 

Baca Juga

Floresa.co –  Seorang pasien di Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur meninggal saat digotong warga dalam perjalanan menuju Puskesmas.

Fina, asal Kampung Satar Mata, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba yang mengalami sesak nafas meninggal pada 5 Mei saat digotong menuju Galong, Desa Watu Pari, Kecamatan Kota Komba Utara.

Dari Galong, ia direncanakan diantar dengan kendaraan menuju Puskesmas terdekat – antara Puskesmas Mamba atau Puskesmas Mukun.

Erdy Muda, warga Kampung Satar Mata berkata, warga harus menggotong Fina dengan jarak enam kilometer untuk sampai di Galong karena jalan antarwilayah itu tidak bisa dilalui kendaraan.

“[Nyawanya] tidak bisa tertolong,” tulisnya dalam unggahan di Facebook, ia “putus nafas di tengah jalan.”

Avelo Anjelo, seorang warga Pongyang-dekat Kampung Satar Mata-yang berbicara dengan Floresa pada 6 Mei menggambarkan buruknya jalan di wilayah itu: “Sepeda motor pun tidak bisa melintas.”

Ia berkata, dalam perjalanan menuju Galong, warga Satar Mata juga harus menyeberangi Sungai Wae Mokel. 

Satar Mata tercakup dalam area pelayanan Puskesmas Waelengga di ibu kota Kecamatan Kota Komba. 

Namun, akses ke Puskesmas itu juga sulit dan jaraknya sangat jauh, kata Avelo. 

Karena itu, “alternatifnya memang harus lewat Galong karena lebih dekat dengan Puskesmas Mukun atau Puskesmas Mamba di Kecamatan Elar.”

Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Timur, Tintin Surip mengakui akses warga yang sulit, termasuk harus menyeberangi Sungai Wae Mokel karena ketiadaan jembatan.

Ia berkata, warga Satar Mata memang sebaiknya ke Puskesmas Pembantu di Mbata – wilayah Puskesmas Mukun – karena jaraknya lebih dekat, dibanding ke Puskesmas Waelengga.

Namun, Tintin membantah pemerintah abai terhadap infrastruktur jalan yang menyulitkan warga mengakses layanan publik, termasuk kesehatan.

“Saya rasa Pemda sudah berupaya cukup keras untuk hal itu,” katanya kepada Floresa pada 6 Mei.

Ketua DPRD  Manggarai Timur, Agustinus Tangkur tidak merespons saat dihubungi Floresa terkait infrastruktur buruk di wilayah itu, meski pesan yang dikirim telah dibaca.

Manggarai Timur, yang mekar dari Manggarai pada 2007 memiliki luas wilayah 2.643,41 kilometer persegi, terbagi dalam 12 kecamatan.

Yoseph Tote memimpin kabupaten itu selama dua periode, berpasangan dengan Andreas Agas. Pada periode 2019-2024 Agas menjadi bupati, hingga mengakhiri masa jabatannya pada Februari. Ia sudah menyatakan akan ikut bertarung kembali pada Pilkada November mendatang.

Manggarai Timur masuk dalam daftar 13 kabupaten tertinggal di Nusa Tenggara Timur, merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024. 

Dari total 1.281,29 kilometer jalan kabupaten di Manggarai Timur, merujuk pada data Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2023, 690,92 kilometer berada dalam status rusak, di mana yang rusak berat 306,43 kilometer.

Pada 2021, Manggarai Timur juga masuk dalam daftar lima kabupaten dengan penduduk miskin ekstrem tertinggi di NTT, selain Sumba Timur, Sumba Tengah, Rote Ndao, dan Timor Tengah Selatan. 

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini