Kasus Gigitan Anjing di Sikka Meningkat Drastis, Korban Tewas Bertambah Satu

Seorang warga Sikka dilaporkan meninggal dunia setelah digigit anjing lima bulan lalu

Baca Juga

Floresa.co –  Kasus gigitan anjing – hewan penular rabies – di Kabupaten Sikka mencatat peningkatan drastis dibandingkan bulan lalu, sementara korban tewas bertambah satu, menyusul kematian seorang perempuan asal Desa Rokirole, Kecamatan Palue.

Maria Tia yang berusia 42 tahun meninggal pada 17 April setelah mengalami gejala rabies seperti demam, takut angin dan air, gelisah, menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan, Petrus Herlemus.

Ia berkata, Maria digigit anjing sekitar lima bulan lalu, namun tidak langsung berobat ke Puskesmas untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies [VAR].

“Maria meninggal dunia setelah dirawat di Puskesmas Palue selama satu hari dengan gejala rabies,” kata Petrus.

Sejak 18 Maret, Pemerintah Kabupaten Sikka telah menetapkan penyebaran rabies sebagai Kejadian Luar Biasa [KLB].

Ditambah dengan kasus terakhir, Sikka mencatat empat korban tewas karena rabies tahun ini. Dua diantaranya merupakan warga Kecamatan Palue. 

Sementara korban gigitan, menurut data Dinas Kesehatan, mencapai 903 orang, di mana 788 di antaranya sudah mendapatkan suntikan VAR. Jumlah gigitan meningkat drastis dari 510 yang dilaporkan hingga 20 Maret.

Petrus Herlemus berkata, VAR di Sikka telah habis, meskipun pada awal Maret mendapatkan bantuan 1.000 dosis dari Pemerintah Provinsi NTT.

Ia mengaku sudah mengajukan permohonan bantuan VAR ke Kementerian Kesehatan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriawan berkata dalam upaya menekan laju penyakit ini pemerintah tetap memberikan imbauan kepada masyarakat untuk melakukan vaksinasi dan mengandangkan hewan penular rabies atau HPR, seperti anjing.

Ia berkata, 1.000 dosis vaksin HPR telah dikirim ke Kecamatan Palue. 

“Kita juga telah mengerahkan sejumlah petugas kesehatan hewan yang akan menyisir wilayah itu untuk melakukan vaksinasi HPR secara massal,” kata Emil kepada Floresa pada 20 April.

Selain itu, kata dia, pihaknya akan melakukan eliminasi secara selektif terhadap “hewan peliharaan yang tidak divaksin atau tidak dikandangkan oleh pemiliknya.”

Hal itu, jelas Emil, sesuai dengan hasil rapat evaluasi bersama Pejabat Sementara Bupati Sikka.

Ia berkata untuk mencegah penyebaran kasus ini, perlu ada peran serta semua pihak karena “pemerintah telah melakukan berbagai upaya, bahkan libatkan semua pihak.”

“Kita berharap masyarakat Sikka yang memiliki HPR untuk ikut serta dalam upaya pencegahan,” katanya

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kawan-kawan bisa berdonasi dengan cara klik di sini.

Terkini